Ternyata dibalik hari valentine yang katanya hari kasih sayang itu tersembunyi kemaksiatan yang menjijikan.
Hari itu, segala yang dilarang menjadi boleh. Yang haram menjadi halal. Bergandengan tangan, berpelukan, berdansa dan berciuman, itu baru acara pembukaannya. Pemanasannya sekedar bernyanyi-nyanyi dengan lagu-lagu karaoke.
Atau, karena hari masih sore pasangan muda mudi itu jalan-jalan dulu dengan sepeda motor kelilling kota. Setelah itu, orang bisa percaya bisa tidak bahwa apa yang mereka lakukan sudah tidak lagi dibatasi oleh norma-norma agama.
Minum minuman keras, melakukan hubungan seksual, baik dengan satu pasangan maupun berganti-ganti pasangan. Semuanya dianggap serba boleh dengan mengatasnamakan kasih sayang. Pada hari itu mereka
boleh memberikan kasih sayang kepada siapa saja yang mereka mau dan dengan cara apapun yang mereka suka.
Dalam ceramahnya Ustadzah Irene Handono menceritakan pengalamannya di salah satu kota di Kalimantan ini (Kota Tarakan). Beberapa hari menjelang hari valentine, stok kondom (alat kontrasepsi) yang dijual di apotek dan toko obat mendadak laku keras. Bahkan katanya di beberapa toko sempat kehabisan. Kamar-kamar hotel dan losmen telah habis dipesan sejak beberapa minggu sebelumnya. Kita riskan sekaligus ngeri membayangkan cerita itu. Apa yang akan terjadi pada malam itu ? sungguh-sungguh sangat memprihatinkan dan sulit diterima akal, tetapi ini nyata !
Tak dapat dipungkiri bahwa hari valentine identik dengan kebebasan bergaul, bercinta dan melakukan hubungan seksual. Meski ada sebagian orang yang mencoba meluruskannya dengan anggapan bahwa hari valentine itu sebenarnya adalah baik, hanya implementasinya yang salah. Orang ini justru tidak paham tentang latar belakang hari valentine itu.
Sejak cikal bakal lahirnya hari valentine di zaman Romawi kuno dinamakan legenda Gamelion yakni percintaan Zeus dan Hera di kota Athena. Pasangan suami istri ini sesungguhnya adalah kakak beradik atau yang sering diistilahkan dengan inses. Sebuah hubungan percintaan yang terlarang dalam agama. Kemudian pada zaman Romawi berkembang menjadi peringatan Lupercalia setiap tanggal 15 Februari. Lupercalia diambil dari nama seorang pendeta yaitu Lupercus. Tradisi ini terus berkembang hingga ke Inggris dan Perancis dengan kemasan baru yang mereka sebut Love Lottery atau lotere pasangan. Prakteknya adalah para muda mudi mencari pasangan dengan cara dilotere atau diundi. Mereka melakukan hubungan kasih sayang layaknya suami istri terhadap pasangan yang mereka dapatkan secara acak. Kemudian diacak lagi untuk mendapatkan pasangan yang lain, dan seterusnya.
Perkembangan selanjutnya dari tradisi yang menjijikan ini kemudian berubah menjadi valentine’s day atau hari valentine yang diambil dari nama seorang pendeta yakni St. Valentino.
Dan apa yang terjadi hari ini tidaklah berbeda dengan tradisi aslinya. Hari valentine bukanlah hari kasih sayang dimana orang-orang mencurahkan kepeduliannya kepada sesama. Misalnya dengan membagi sembako, khitanan massal, pengobatan gratis, silaturrahmi, dll. Tetapi, hari valentine adalah hari maksiat dimana laki-laki dan perempuan yang bukan mahromnya bebas bergaul dan berhubungan seksual. Disana terjadi perzinahan, mabuk minuman keras, pesta narkoba, dsb. Mereka bukan lagi sayang kepada harga diri, martabat keluarga dan masa depan. Mereka justru menjerumuskan diri kedalam lembah kenistaan dan kerusakan moral.
Itulah kemaksiatan di hari valentine yang berkedok hari kasih sayang. Bagaikan serigala berbulu domba. Keganasan dekadensi moral dikemas sedemikian apiknya, sehingga kebanyakan remaja kita terbuai dengan kelembutannya padahal mereka telah berada di mulut serigala.
Sangatlah tepat jika Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa valentine’s day hukumnya haram. Valentine’s day tidak memberikan manfaat sedikitpun kepada kita, justru akan menghancurkan moral generasi muda kita.
Valentine’s day sama bahayanya dengan aliran sesat, karena selain menyesatkan moral, ia juga menyesatkan keimanan umat Islam. Valentine’s day bukan dari ajaran Islam dan bertentangan dengan ajaran Islam. Valentine’s day adalah misi terselubung kaum kuffar Barat yang menginginkan kerusakan generasi muda Islam. Valentine’s day hanyalah kedok untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya.
Namun saudara, mengandalkan fatwa majelis ulama saja belumlah cukup. Apalah artinya fatwa jika dibandingkan dengan gencarnya media massa mengeksploitasi budaya maksiat ini demi kepentingan bisnis mereka. Maka harus ada komitmen bersama dari semua elemen masyarakat dan orang tua untuk bersama-sama menghentikan musuh peradaban ini. Semua pihak harus kompak untuk menghentikan aktifitas penghuni neraka ini. Masyarakat tidak boleh acuh tak acuh terhadap acara yang bertentangan dengan budaya luhur bangsa Indonesia. Terutama pihak sekolah dan kampus, dan para orang tua di rumah. Tak terkecuali pemerintah yang notabene menginginkan generasi mudanya menjadi harapan bangsa. Tentu ini menjadi tanggung jawab kita semua.
Ingat peringatan Allah dalam al Qur’an :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S At Tahrim :6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar