Dan ketika hampir tiba
saatnya kelahiran insan tercinta ini, gema ucapan selamat datang yang hangat
berkumandang di langit dan bumi. Hujan kemurahan Ilahi tercurah atas penghuni
alam dengan lebatnya,
Lidah malaikat bergemuruh mengumumkan kabar gembira kuasa Allah menyingkap tabirrahasia tersembunyi, membuat cahaya Nur-Nya terbit sempurna di alam nyata;
Lidah malaikat bergemuruh mengumumkan kabar gembira kuasa Allah menyingkap tabirrahasia tersembunyi, membuat cahaya Nur-Nya terbit sempurna di alam nyata;
” CAHAYA MENGUNGGULI SEGENAP
CAHAYA ”
Ketetapan-Nya pun terlaksana
atas orang pilihan yang ni’mat-Nya disempurnakan bagi mereka; yang
menunggu detik-detik kelahirannya; sebagai penghibur pribadinya yang beruntung;
dan ikut bergembira mereguk ni’mat berlimpah ini.
Maka hadirlah dengan taufik
Allah; As-Sayyidah Maryam dan As-sayyidah Asiah, bersama sejumlah bidadari
surga yang beroleh kemuliaan agung yang di bagi-bagikan oleh Alloh atas mereka
yang di kehendaki.
Dan tibalah saat yang telah
di atur Allah bagi kelahiran (maulud) ini. Maka menyingsinglah fajar keutamaan
nan cerah terang benderang menjulang tinggi……
Dan lahirlah insan pemuji dan terpuji tunduk khusyu’ di hadapan Allah SWT,dengan segala penghormatan tulus dan sembah sujud.
demikianlah syair yang ditujukan atas peristiwa di detik-detik kelahiran Nabi Saw yang di gubah oleh Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi.
Imam Nawawy Al-Banteny Al-Jawy didalam kitabnya yang berjudul “Madaarij” menyatakan : “ bahwa orang yang mementingkan aktif didalam peringatan maulid NabiMuhammad S.a.w. itu adalah dari pada sebesar-besarnya ibadah dengan diisi pembacaan Al-Qur’an, bersedekah, dan menerangkan sejarah kelahiran Nabi S.a.w.
Dan lahirlah insan pemuji dan terpuji tunduk khusyu’ di hadapan Allah SWT,dengan segala penghormatan tulus dan sembah sujud.
demikianlah syair yang ditujukan atas peristiwa di detik-detik kelahiran Nabi Saw yang di gubah oleh Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi.
Imam Nawawy Al-Banteny Al-Jawy didalam kitabnya yang berjudul “Madaarij” menyatakan : “ bahwa orang yang mementingkan aktif didalam peringatan maulid NabiMuhammad S.a.w. itu adalah dari pada sebesar-besarnya ibadah dengan diisi pembacaan Al-Qur’an, bersedekah, dan menerangkan sejarah kelahiran Nabi S.a.w.
Sabda Nabi S.a.w.
:
“Barang siapa yang membesarkan maulidku akan aku tolong baginya di hari kiamat dan barang siapa yang membelanjakan satu dirham buat peringatan maulidku seolah-olah membelanjakan satu gunung emas untuk sabilillah”.
Sayyidina Abu Bakar
A-Shiddiq R.a. berkata :
“Barang siapa yang membelanjakan uang satu dirham buat
maulid Nabi maka aku sahabatnya di hari kiamat”.
Sayidina Umar Bin Khattab R.a. berkata :
“Barang siapa yang membesarkan maulid NabiMuhammad S.a.w
sesungguhnya orang itu menghidupkan agama Islam”.
Sayidina Ustman Bin Affan R.a. :
“Barang siapa yang membelanjakan uang satu dirhambuat
maulid Nabi S.a.w. maka sesungguhnya orang tersebut seperti
hadir di perang Badar dan Hunain”.
Sayidina Ali bin Abi Tholib K.w.h. :
” barang siapa yang membesarkan maulid NabiMuhammad S.a.w
maka apabila mati masuk sorga”.
Imam Syafi’I r.h.m. :
“ siapa yang mengumpulkan saudaranya buat hadir di tempatmaulid Nabi S.a.w.
lalu menyediakan makanan serta berbuat baik di dalamnya makaorang tersebut
di hari kiamat akan di bangkitkan bersama para shidiqin, Syuhada dan Sholihin
dan berada di surga An-Na’im. Namun apa pengertian maulid itu ?”.
Maulid secara bahasa berarti
adalah hari kelahiran adapun maulid yang biasa kita kenal adalah suatu
perayaan/peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad S.a.w. yang di
selenggarakan secara berjamaah dibacakan ayat-ayat Alqur’an dan riwayat hidup
kekasih Alloh Nabi Muhammad Saw serta sholawat dan pujian-pujian
kepada beliau Saw, dengan maksud mengagungkan martabat Nabi Muhammad SAW
dan memperlihatkan kegembiraan Kaum muslimin menyambut kelahiran beliau S.a.w.
Assayid Al-Hafizd Al-musnid
Prof.Dr. Muhammad Bin Alwy Al-Maliky Al-Hasaniy mufti Mekkah
mengutarakan tentang ja’iznya/bolehnya perayaan atau peringatan maulid NabiSAW
didalam kitabnya yang berjudul “Mafahim Yajibu An Tusahhah” , yang kita
sebutkan beberapa diantaranya:
a) peringatan maulid
memantulkan kegembiraan kaum muslimin menyambut junjungan mereka, Nabi Muhammad SAW.
bahkan orang kafir pun beroleh manfaat dari sikapnya yang menyambut
gembira kelahiran beliau seperti Abu Lahab, misalnya. sebuah hadist didalam
Shohih Bukhori menerangkankan, bahwa tiap hari senin Abu Lahab diringankan
adzabnya, karena memerdekakan budak perempuannya, tsuwaibah, sebagai tanda
kegembiraannya menyambut kelahiran putera saudaranya. ‘abdulloh bin
abdulmutholib, yaitu Nabi Muhammad Saw, jadi jika orang kafir
saja beroleh manfaat dari kegembiraannya menyambut kelahiran Nabi Muhammad Saw
apalagi orang beriman.
b) Rasululloh S.a.w. sendiri
menghormati hari kelahiran beliau, dan bersyukur kepada Allah S.W.T. atas
karunia ni’mat-Nya yang besar itu. Beliau dilahirkan di alam wujud sebagai
hamba
Alloh yang paling mulia dan sebagai rahmat bagi seluruh wajud. Cara beliau menghormati hari kelahirannya ialah dengan berpuasa. Sebuah Hadist dari Abu Qotadah menuturkan, bahwa ketika Rosululloh S.a.w. ditanya oleh beberapa orangsahabat mengenai puasa beliau tiap hari senin, beliau menjawab: “pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu juga Alloh menurunkan wahyu kepadaku” ( diriwayatkan oleh Muslim didalam “Shahih”_nya ).
Alloh yang paling mulia dan sebagai rahmat bagi seluruh wajud. Cara beliau menghormati hari kelahirannya ialah dengan berpuasa. Sebuah Hadist dari Abu Qotadah menuturkan, bahwa ketika Rosululloh S.a.w. ditanya oleh beberapa orangsahabat mengenai puasa beliau tiap hari senin, beliau menjawab: “pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu juga Alloh menurunkan wahyu kepadaku” ( diriwayatkan oleh Muslim didalam “Shahih”_nya ).
Puasa yang beliau lakukan
itu merupakan cara beliau memperingati hari maulidnya sendiri. Memang tidak
berupa perayaan, tetapi makna dan tujuannya adalah sama, yaitu
peringatan. Peringatan dapat dilakukan dengan cara berpuasa, dengan memberi
makan kepada fihak yang membutuhkan, dengan berkumpul untuk berzikir dan
bersholawat, atau dengan menguraikan keagungan perilaku beliau sebagai manusia
termulia.
C) pernyataan senang dan
gembira menyambut kelahiran Nabi Muhammad S.a.w. merupakan
tuntunan Al_Qur’an. Alloh berfirman:
“ Katakanlah : dengan
karunia Alloh dan rahmat_Nya, hendaklah (dengan itu ) mereka bergembira “. (S.
Yunus:58)
Alloh S.W.T memerintahkan kita bergembira atas rahmat-Nya, dan Nabi MuhammadS.a.w. jelas merupakan rahmat terbesar bagi kita dan alam semesta :
“Dan kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta “ .
(S.
Al_Anbiya : 107).
D) Memuliakan Rosululloh
S.a.w. adalah ketentuan syari’at yang wajib dipenuhi.
Memperingati ulang tahun
kelahiran beliau dengan memperlihatkan kegembiraan, menyelenggarakan walimah,
mengumpulkan jama’ah untuk berzikir mengingat beliau, menyantuni kaum fakir miskin dan
amal-amal kebajikan lainnya adalah bagian dari cara kita menghormati dan
memuliakan beliau. Itu semua menunjukan pula betapa betapa besar kegembiraan
dan perasaan syukur kita kepada Alloh atas hidayat yang dilimpahkan kepada kita
melalui seorang Nabi dan Rosul pilihan-Nya.
E) Perayaan atau peringatan
maulid Nabi dipandang baik oleh para ulama dan kaum muslimin di semua
negri, dan diadakan oleh mereka. Menurut kai’dah hukum syara’ kegiatan demikian
itu adalah Mathlub syar’an ( menjadi tuntutan syara’ ). Hadist mauquf dari Ibnu
Mas’ud R.a. megaskan : “ apa yang di pandang baik oleh kaum muslimin, di sisi
Alloh itu adalah baik, dan apa yang di pandang buruk oleh kaum muslimin, disisi
Alloh itu adalah buruk “
(Hadist di keluarkan oleh Imam Ahmad).
BEBERAPA PANDANGAN PARA ULAMA MENGENAI MAULID.
• Telah berkata Sulthanul-’Arifin
Jalaluddin as-Sayuthi dalam kitabnya berjudul “al-Wasaail fi syarhisy
Syamaail”:- “Tidak ada sebuah rumah atau masjid atau tempatyang dibacakan
padanya Mawlidin Nabi s.a.w. melainkan akan
dikitari/dikelilingi/diselubungi tempat itu oleh para malaikat akan
ahli yang hadir ditempat tersebut serta dirantai mereka oleh Allah dengan
rahmat. Para malaikat yang diselubungi/diliputi/dikalungi cahaya yaitu Jibril,
Mikail, Israfil, Qarbail, ‘Aynail, ash-Shaafun, al-Haafun dan al-Karubiyyun,
maka bahwasanya mereka berdoa bagi siapa-siapa yang menjadi sebab untuk
pembacaan Mawlidin Nabi s.a.w. ”
Imam as-Sayuthi
berkata: “Tidak ada seseorang Islam yang diperbacakan dalam rumahnya akan
Mawlidin Nabi s.a.w. melainkan diangkat Allah kemarau, wabah,
kebakaran, malapetaka, bala bencana, kesengsaraan, permusuhan, hasad dengki,
kejahatan ‘ain (sihir pandangan) dan kecurian daripada ahli rumah tersebut,
maka apabila dia mati, Allah akan mempermudahkan atasnya menjawab soal Munkar
dan Nakir dan adalah dia ditempatkan pada kedudukan as-Shidq di sisi
Allah Raja yang Maha Berkuasa.”
Mungkin ada yang bertanya kenapa ada orang baca mawlid tetapi masih menerima malapetaka dan bencana. Apa mau dikata, bahkan para Nabi pun mendapat musibah duniawi sebagai ujian daripada Allah s.w.t., karena semuanya berlaku atas kehendak Allah semata-mata. namun musibah duniawi adalah ringan dibanding musibah berbentuk maknawi. Keselamatan dari musibah maknawi ini yang diutamakan, biar rumah kita dicuri asalkan iman dan kesabaran serta tawakkal kita pada Allah tidak turut dicuri . Mungkin juga Allah belum menerima amalan kita, sehingga tidak menjadi sebab mendapat rahmat Allah tersebut, oleh itu teruskan usaha dan tingkatkan amal. Yakin kepada kemurahan Allah yang tiada terbatas dan carilah syafaat daripada Junjungan s.a.w.
Mungkin ada yang bertanya kenapa ada orang baca mawlid tetapi masih menerima malapetaka dan bencana. Apa mau dikata, bahkan para Nabi pun mendapat musibah duniawi sebagai ujian daripada Allah s.w.t., karena semuanya berlaku atas kehendak Allah semata-mata. namun musibah duniawi adalah ringan dibanding musibah berbentuk maknawi. Keselamatan dari musibah maknawi ini yang diutamakan, biar rumah kita dicuri asalkan iman dan kesabaran serta tawakkal kita pada Allah tidak turut dicuri . Mungkin juga Allah belum menerima amalan kita, sehingga tidak menjadi sebab mendapat rahmat Allah tersebut, oleh itu teruskan usaha dan tingkatkan amal. Yakin kepada kemurahan Allah yang tiada terbatas dan carilah syafaat daripada Junjungan s.a.w.
Lebih lanjut Imam jalaluddin
As-suyuty menjelaskan dalam risalahnya yang berjudul “Husnul-Maqosid fi
A’malil-Maulid : “orang pertama yang menyelenggarakan peringatan maulid Nabi
SAW ialah Sultan Al-Mudzaffar, penguasa arbil (suatu tempat di Iraq sebelah
timur / selatan kota mausil).peringatan tersebut dihadiri oleh para ulama
terkemuka dan orang-orang sholeh dari kaum sufi. tiap tahun Al-Mudzaffar
mengeluarkan biaya sebesar 300.000 dinar untuk peringatan maulid, dengan niat
semata-mata untuk taqorrub kepada Alloh SWT Menurut kenyataan, tak seorang pun
dari ulama dan orang-orang saleh yang hadir dalam peringatan itu mengingkari
kebajikan dan fadilah peringatan maulid, bahkan semua merestui dan memuji
prakarsa Sultan Mudzaffar, atas permintaan Sultan Mudzaffar, Ibnu Dahyah
menulis sebuah kitab khusus mengenai maulid Nabi SAW dengan judul: “At-Tanwir
fi Maulid Al-Basyir An-Nazdir”. kitab itu ditulis pada tahun 604 H. dan
ternyata diakui kebaikannya oleh para ulama pada masa itu.
• Syaikh DhiyaUddin Ahmad
bin Sa`id ad-Darini dalam kitabnya ” Thaharatul Qulub wal Khudu’ li Allamil
Ghuyub ” menulis antara lain:-
Mengingat atau memuji-muji Junjungan Nabi s.a.w. akan menambahkan keimanan, menerangi hati dan menyingkap rahasia kebijaksanaan Tuhan. Allah s.w.t. telah menetapkan cinta kepada Junjungan Nabi s.a.w. sebagai syarat untuk mencintai-Nya dan taat kepada-Nya sebagai ukuran kepatuhan kepada-Nya. Mengingat Junjungan Nabi s.a.w. juga berhubungan dengan mengingat Allah s.w.t. sebagaimana bai’ah kepada Junjungan Nabi s.a.w. juga berkait dengan bai’ah kepada-Nya.
Mengingat atau memuji-muji Junjungan Nabi s.a.w. akan menambahkan keimanan, menerangi hati dan menyingkap rahasia kebijaksanaan Tuhan. Allah s.w.t. telah menetapkan cinta kepada Junjungan Nabi s.a.w. sebagai syarat untuk mencintai-Nya dan taat kepada-Nya sebagai ukuran kepatuhan kepada-Nya. Mengingat Junjungan Nabi s.a.w. juga berhubungan dengan mengingat Allah s.w.t. sebagaimana bai’ah kepada Junjungan Nabi s.a.w. juga berkait dengan bai’ah kepada-Nya.
• Sayyidisy-Syaikh Abu Bakar
Syatha ad-Dimyathi dalam kitabnya “I`anatuth-Tholibin” jilid 3 halaman 414
menyatakan antara lain:-
Telah berkata Imam al-Hasan al-Bashri qaddasaAllahu sirrah: “Aku berikan jika ada padaku seumpama gunung Uhud emas untuk kunafkahkan atas pembacaan mawlid ar-Rasul.”
Telah berkata Imam al-Junaidi al-Baghdadi rhm.: “barang siapa yang hadir mawlid ar-Rasul dan membesarkan derajat baginda, maka telah sempurna imannya.”
Telah berkata Imam al-Hasan al-Bashri qaddasaAllahu sirrah: “Aku berikan jika ada padaku seumpama gunung Uhud emas untuk kunafkahkan atas pembacaan mawlid ar-Rasul.”
Telah berkata Imam al-Junaidi al-Baghdadi rhm.: “barang siapa yang hadir mawlid ar-Rasul dan membesarkan derajat baginda, maka telah sempurna imannya.”
Telah berkata Syaikh Ma’ruuf
al-Karkhi qds.: “barang siapa yang menyediakan untuk pembacaan mawlid ar-Rasul
akan makanan, menghimpunkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu-lampu,
berpakaian baru, berwangi-wangian, berhias-hias, demi membesarkan mawlid
Junjungan s.a.w., niscaya dia akan dihimpunkan oleh Allah ta`ala pada hari
kiamat bersama-sama kumpulan pertama daripada para nabi dan jadilah dia berada
pada derajat yang tinggi di syurga. Dan barang siapa yang telah membaca mawlid
ar-Rasul s.a.w. di atas dirham-dirham perak atau emas, dan mencampurkannya
bersama dirham-dirham lain, maka akan turun keberkahan dan tidaklah akan miskin
pemiliknya serta tidak akan kosong tangannya dengan berkah mawlid ar-Rasul
s.a.w.” Seterusnya Sidi Syatha dalam “I`anatuth-Tholibin” menyambung:-
Dan telah berkata al-Imam
al-Yafi`i al-Yamani (sesetengah kitab tersilap cetak di mana huruf “ya” berubah
kepada “syin” menyebabkan perkataan ini dinisbahkan kepada Imam asy-Syafi`i):-
“barang siapa yang menghimpunkan untuk Mawlidin Nabi s.a.w. saudara-saudaranya,
menyediakan makanan dan tempat serta berbuat ihsan sehingga menjadi sebab untuk
pembacaan Mawlidir Rasul s.a.w., dia akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat
berserta dengan para shiddiqin, syuhada` dan sholihin serta dimasukkan dia ke
dalam syurga-syurga yang penuh keni’matan.”
• Imam Ibnu Hajar al-Haitami
dalam kitabnya “al-Mawlid asy-Syarif al-Mu`adzdzham”, Syaikh Ibnu Zahira
al-Hanafi dalam “al-Jami’ al-Lathif fi Fasl Makkah wa ahliha”, ad-Diyabakri
dalam “Tarikh al-Khamis” dan Syaikh an-Nahrawali dalam “al-I’lam bi a’lami Bait
Allah al-haram”, menulis senario sambutan Mawlid Nabi s.a.w. di Makkah seperti
berikut:-
Setiap tahun tanggal 12 Rabi`ul Awwal, selepas sembahyang Maghrib, keempat-empat qadhi Makkah (yang mewakili mazhab yang empat) bersama-sama orang banyak termasuk segala fuqaha, fudhala` (orang kenamaan) Makkah, syaikh-syaikh, guru-guru zawiyah dan murid-murid mereka, ru`asa’ (penguasa-penguasa), muta`ammamin (ulama-ulama) keluar meninggalkan Masjidil Haram untuk pergi bersama-sama menziarahi tempat Junjungan Nabi s.a.w. dilahirkan. Mereka berarak dengan maelantunkan zikir dan tahlil. Rumah-rumah di Makkah diterangi cahaya pelita dan lilin. Orang yang turut serta amat banyak dengan berpakaian indah serta membawa anak-anak mereka. Setiba di tempat kelahiran tersebut, ceramah yang berkaitan Mawlidin Nabi disampaikan, serta kebesaran, kemuliaan dan mu’jizat Junjungan diceritakan. Setelah itu, doa untuk Sultan, Amir Makkah dan Qadhi Syafi`i dibacakan dengan penuh khusyu’ dan khudu`. Setelah hampir waktu Isya`, barulah mereka berarak semula pulang ke Masjidil Haram untuk menunaikan sholat Isya`.
Setiap tahun tanggal 12 Rabi`ul Awwal, selepas sembahyang Maghrib, keempat-empat qadhi Makkah (yang mewakili mazhab yang empat) bersama-sama orang banyak termasuk segala fuqaha, fudhala` (orang kenamaan) Makkah, syaikh-syaikh, guru-guru zawiyah dan murid-murid mereka, ru`asa’ (penguasa-penguasa), muta`ammamin (ulama-ulama) keluar meninggalkan Masjidil Haram untuk pergi bersama-sama menziarahi tempat Junjungan Nabi s.a.w. dilahirkan. Mereka berarak dengan maelantunkan zikir dan tahlil. Rumah-rumah di Makkah diterangi cahaya pelita dan lilin. Orang yang turut serta amat banyak dengan berpakaian indah serta membawa anak-anak mereka. Setiba di tempat kelahiran tersebut, ceramah yang berkaitan Mawlidin Nabi disampaikan, serta kebesaran, kemuliaan dan mu’jizat Junjungan diceritakan. Setelah itu, doa untuk Sultan, Amir Makkah dan Qadhi Syafi`i dibacakan dengan penuh khusyu’ dan khudu`. Setelah hampir waktu Isya`, barulah mereka berarak semula pulang ke Masjidil Haram untuk menunaikan sholat Isya`.
• Imamul Mujtahiddin
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan : “kemulian hari mauled Nabi Muhammad
S.a.w. dan diperingatinya secara berkala (berlanjut) sebagaimana yang di
lakukan kaum muslimin tentu mendatangkan pahala besar, mengingat maksud dan
tujuannya yang sangat baik, yaitu menghormati dan memuliakan kebesaran Nabi dan
Rosul pembawa hidayat bagi semua ummat manusia”.
Ringkasannya peringatan
maulid Nabi adalah kegiatan yang sangat baik dan bermanfaat, karena itu
kesempatan itu wajib digunakan untuk tujuan-tujuan yang baik. Lalu
penyelenggaraan peringatan maulid tidak harus tepat pada tanggal 12 Rabi”ul
awal dan tidak harus tepat pada hari senin, meskipun tanggal dan hari itu lebih
afdhol. peringatan maulid dapat di lakukan kapan saja mengingat syari’at islam
sama sekali tidak melarang bahkan menganjurkan serta memandangnya sebagai
kebajikan yang perlu dilestarikan pengamalannya, karena besarnya manfaat yang
dapat diambil dari kegiatan tersebut, baik bagi kepentingan agama islam maupun
bagi kepentingan kaum muslimin.
Wallahu A’lam Bishawab.
Sumber : http://ahlulkisa.com
Artikel terkait:
- Maulid Nabi Muhammad SAW
- Tentang Maulid Baginda Rasulullah SAW
- PERINGATAN MAULID NABI SAW
- FADILAH DAN KEUTAMAAN BERSHALAWAT
- Mengenal Lebih Dekat Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar