قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : إِنَّ أَعْظَمَ الْمُسْلِمِينَ جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ
يُحَرَّمْ فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw :
“Sebesar - besar kejahatan muslimin (pada muslim lainnya) adalah yang mempermasalahkan suatu hal yang tidak diharamkan, namun menjadi haram sebab ia mempermasalahkannya (Shahih Bukhari)
“Sebesar - besar kejahatan muslimin (pada muslim lainnya) adalah yang mempermasalahkan suatu hal yang tidak diharamkan, namun menjadi haram sebab ia mempermasalahkannya (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Untuk para habaib yang saya muliakan, para ulama, para sesepuh dan para pembaca yang dimuliakan Allah yang ingin mendengarkan dan yang menyimak dari streaming website
Untuk para habaib yang saya muliakan, para ulama, para sesepuh dan para pembaca yang dimuliakan Allah yang ingin mendengarkan dan yang menyimak dari streaming website
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ
وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِوَاْلحَمْدُلِلهِ الَّذِيْ
هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ
نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الْحَمْدُلِلهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِيْ هَذَا اْلجَمْعِ
اْلعَظِيْمِ
Limpahan puji ke hadirat Allah Swt Yang Maha Luhur, yang
telah memuliakan kita dengan majelis yang agung, perkumpulan yang agung,
didalam kemuliaan tuntunan Nabi yang agung Sayyidina Muhammad Saw wabaarak
alaih di bulan yang agung. Bulan yang dinamai bulannya Nabi Muhammad Saw yaitu
Bulan Sya’ban. Semoga Allah menerima dan menerangi jiwaku dan kalian dengan
Cahaya Keindahan Allah. Tunggal dalam Kesempurnaan, Tunggal didalam Keabadian,
Maha Tunggal Melimpahkan Kebahagiaan dunia dan akhirat, Maha Tunggal Memiliki
dunia dan akhirat, Maha Tunggal Memiliki Kerajaan alam semesta, Maha Tunggal
Membangun alam semesta dari tiada, Maha Tunggal Mengasuh seluruh makhluk yang
ada di alam semesta, di alam barzah, dan di alam akhirat. Maha Raja Tunggal dan
Abadi yang dengan mengingatnya tenanglah hati,
اَلاَبِذِكْرِاللهِ تَطْمَئِنُّ اْلقُلُوْبُ
ketenangan
terbesar, ketenangan terkuat, ketenangan terhebat adalah dengan mengingat Allah
Sang Pencipta sanubari. Semakin banyak hamba mengingat Allah, semakin
tenang hatinya, semakin indah keadaannya dunia dan akhirat karena ia mengingat
Allah maka
ia bersama Allah. Jika ia bersama Allah, apa yang dirisaukan? Tiada
lagi yang ia risaukan karena ia bersama Rabbul A’lamin, bersama Kasih
Sayang-Nya, bersama Kelembutan-Nya, bersama Sang Maha Pelimpah Anugerah yang
siap melimpahkan apapun yang ia dambakan dan ia butuhkan, Maha Mencukupinya
dalam kehidupan dunia dan akhirat, Maha Mempermudah kesulitan hamba-Nya dari
segala hambatan kesulitan, Maha Menjadikan musibah sebagai pencuci dosa dan
Maha Menjadikan musibah tersingkir dan dosa dihapuskan dengan kehendak-Nya
Allah, Yang Maha Melimpahkan Anugerah bagi hamba – hamba yang mengingat-Nya.
ياَابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ
وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كاَنَ وَلاَ أُباَلِيْ
“Wahai keturunan Adam, jika kau mengingat-Ku dan berharap
kepada-Ku, Ku-ampuni dosa – dosamu tanpa Ku-pertanyakan lagi”.
Dialah Allah Yang Maha Menghapus kesalahan hamba dengan
hamba mengingat-Nya maka ingatlah Allah..Allah semakin hari semakin jarang
disebut lisan,semakin jarang diucap lidah, semakin jarang yang mengingat-Nya
maka semakin banyaklah musibah, semakin banyaklah kesulitan, semakin banyaklah
kegundahan, semakin banyaklah kesedihan, semakin banyaklah kesempitan, tiada
sebab lain kecuali semakin sedikit yang mengingat Allah, semakin sedikit yang
percaya kepada Allah, semakin sedikit yang berharap kepada Allah, semakin
sedikit yang meminta kepada Allah, semakin sedikit yang menganggap Allah-lah
Yang Maha Berwibawa, Allah-lah Yang Maha Menentukan usaha dan berusaha,
janganlah diam. Namun ketahuilah ketentuan tiada lepas dari Genggaman-Nya, Yang
Maha Mengetahui berapa jumlah nafasmu dan Dia-lah yang memberikan setiap
nafasmu, Maha Mengetahui berapa detak jantungmu akan berakhir kelak, Maha
Mengetahui berapa hari sisa kehidupan kita yang dipinjamkan-Nya untuk kita,
berapa hari lagi kita diberi kesempatan untuk ruku’ dan sujud kepada-Nya.
Wahai yang pembaca dalam perkumpulan Majelis Rasulillah Saw
di majelis yang kita namakan Majelis Rasulullah. Pada dirimulah harapan
Sayyidina Muhammad, pada dirimulah Sang Nabi Saw mengharapkan bangkitnya
kembali umat karena kita disini selalu mengingat dan membangkitkan semangat
untuk kembali kepada sunnah Sayyidina Muhammad, tuntunan Sayyidina Muhammad,
ketenangan Sayyidina Muhammad, kedamaian ajaran Sayyidina Muhammad, kerukunan
yang diajarkan Sayyidina Muhammad Saw. Budi pekerti terindah, budi pekerti yang
paling ramah, budi pekerti yang paling luhur, budi pekerti yang paling suci,
budi pekerti yang paling indah, budi pekerti Sayyidina Muhammad Saw wabarak
alaihi wa ‘ala alih.
Para pembaca, perindahlah hari – harimu untuk menjadikan dirimu sebagai orang – orang yang meneruskan perjuangan Nabi Muhammad Saw pada keluargamu, pada teman – temanmu dengan handphone, dengan ucapan, dengan tulisan, dengan apapun yang kau miliki. Jadikan hari – harimu matahari dan bulan menyaksikanmu sebagai orang yang membantu dakwah Sayyidina Muhammad Saw, jadikan bumi yang kau lewati saat ini mulai keluar dari tempat sampai ke tempat ini, sungguh Allah telah mengharamkan kaki yang melangkah menuju tempat ke jalan Allah diharamkan oleh Allah dari api neraka,
Para pembaca, perindahlah hari – harimu untuk menjadikan dirimu sebagai orang – orang yang meneruskan perjuangan Nabi Muhammad Saw pada keluargamu, pada teman – temanmu dengan handphone, dengan ucapan, dengan tulisan, dengan apapun yang kau miliki. Jadikan hari – harimu matahari dan bulan menyaksikanmu sebagai orang yang membantu dakwah Sayyidina Muhammad Saw, jadikan bumi yang kau lewati saat ini mulai keluar dari tempat sampai ke tempat ini, sungguh Allah telah mengharamkan kaki yang melangkah menuju tempat ke jalan Allah diharamkan oleh Allah dari api neraka,
amin.
Para pembaca yang
dimuliakan Allah,
مَنْ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
Rasul Saw bersabda barangsiapa yang berdebu (maksudnya
melangkah) kedua kakinya menuju jalan Allah, majelis ta’lim, majelis dzikir,
masjid, sholat jama’ah, tempat ibadah, silaturahmi islami, ziarah, dan tempat –
tempat mulia lain, tempat - tempat menuju tempat ibadah adalah
فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى
النَّارِ
maka kedua kakinya diharamkan oleh Allah dari api neraka.
Hadirin – hadirat, kalau sudah kedua kakinya diharamkan dari api neraka maka
seluruh tubuhnya tiada akan masuk api neraka karena kaki tidak terlepas dari
tubuh, demikian hadirin saat seluruh hamba dibangkitkan maka ketika tubuh akan
masuk neraka, kaki yang akan diharamkan Allah masuk neraka tidak jadi buat dia
masuk neraka. Kalau kaki sudah demikian termuliakan yang menuju tempat – tempat
ibadah, lebih – lebih lagi jiwa yang menuju Allah, yang membantu Sayyidina
Muhammad Saw. Saat kau bangun sholat subuh, teman – temanmu sms barangkali
belum bangun sholat subuh dan itu berhasil atau tidak dapat pahalanya. Waktu
sholat lainnya saling menasehati, ayo sholat, udah sholat, hadirin – hadirat,
ucapan seperti itu harga yang tidak berarti buatmu tapi hal itu adalah juga
membangkitkan syiar daripada ucapan – ucapan yang tidak membawa pahala bahkan
mungkin membawa dosa. Para pembaca yang
dimuliakan Allah, hal – hal yang remeh temeh seperti itu tidak kecil disaat kau
sudah berada dibawah gundukan tanah.
Para pembaca yang
dimuliakan Allah, Allah Swt berfirman :
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى
اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Siapakah yang ucapannya lebih indah dari orang yang
mengajak kepada Allah? , dan beramal shalih dan berkata (mengakui bahwa) aku
adalah orang muslim”
(QS Fusshilat 33)
Mengajak orang sholat, mengingatkan orang sholat,
mengingatkan orang ibadah, mengingatkan orang mengerti dosa, tidak ada ucapan
yang lebih indah dari itu dan beramal sholeh dan berkata aku orang muslim.
Semoga Allah menjadikanku dan kalian semua dalam kelompok itu, amin. Bawa cita
– cita Sayyidina Muhammad, bawa kelembutan dan kedamaian Sayyidina Muhammad
Saw. Bulan ini, bulan yang agung. Bulan ini, bulan luhur. Bulan ini, bulan
Sayyidina Muhammad Saw. Hadirin, saudara – saudariku yang kumuliakan,
bangkitlah dari majelis ini dengan membawa semangat Muhammad Rasulullah Saw
maka akan kau lihat keberkahan berlimpah pada hari – harimu dan kemudahan
dibuka seluas – luasnya oleh Sang Maha Meluaskan Rizqi.
..kullu man ya’syaq Muhammad fi amanin wa salaam.. dikatakan oleh para penyair kita para ulama kita, orang yang rindu kepada Nabi Muhammad Saw dalam keadaan aman dan selamat dunia akhirat. Orang yang rindu kepada Rasulullah Saw, cinta kepada Rasulullah Saw, Allah berikan kecukupan didalam kehidupannya dan ia akan bersama Rasul di yaumal qiyamah. Para pembaca yang dimuliakan Allah, dan dibulan yg padanya malam yang agung yaitu malam nisfu sya’ban tepatnya malam ahad yang akan datang, Rasul Saw bersabda diriwayatkan didalam Shahih Ibn Hibban bahwa Allah mengawasi penduduk bumi di malam nisfu sya’ban, malam 15 sya’ban, Allah mengawasi penduduk bumi dan mengampuni semua penduduk bumi kecuali yang menyembah selain Allah dan yang suka bertengkar, punya sifat suka bertengkar dengan orang lain, suka berdebat dengan orang lain, yang begitu nggak dapat pengampunan. Semoga kita semua mendapatkan pengampunan dari Allah, amin. Ini sebelum malam nisfu sya’ban sudah diampuni oleh Allah, amin.
Para pembaca yang yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan didalam Musnad Imam Ahmad dan lainnya, ketika suatu malam Rasul Saw keluar maka Sayyidatuna Aisyah radhiyallahu ‘anha mengikuti kemana Nabi Saw pergi? Ternyata Rasul Saw berhenti di pekuburan Baqi’ dan berdoa setelah itu kembali. Ditanya oleh Sayyidatuna Aisyah, “ada apa ya Rasulullah do’amu panjang sekali di pekuburan Baqi’ berziarah?
Diriwayatkan didalam Musnad Imam Ahmad dan lainnya, ketika suatu malam Rasul Saw keluar maka Sayyidatuna Aisyah radhiyallahu ‘anha mengikuti kemana Nabi Saw pergi? Ternyata Rasul Saw berhenti di pekuburan Baqi’ dan berdoa setelah itu kembali. Ditanya oleh Sayyidatuna Aisyah, “ada apa ya Rasulullah do’amu panjang sekali di pekuburan Baqi’ berziarah?
Rasul Saw berkata:
“Wahai Aisyah
taukah kau ini malam apa? Ini malam nisfu sya’ban, malam dimana banyak
Allah mengampuni dosa – dosa hamba - hamba-Nya kecuali orang yang menyembah
selain Allah dan orang yang suka bertengkar”.
Banyak riwayat tentang ini.
Para pembaca yang dimuliakan Allah,
Di malam nisfu sya’ban itu Allah Swt mencatatkan ketentuan – ketentuan Allah yang akan datang sampai malam 15 sya’ban tahun yang akan datang. Apakah hamba itu akan diwafatkan di tahun ini atau akan sampai usianya hingga malam nisfu sya’ban di tahun yang akan datang dan juga ketentuan – ketentuan lainnya maka para ulama kita mengajarkan untuk memperbanyak do’a di malam itu. Maka diajarkan membacasurat
yassin 3x sebagaimana dibaca tiap tahun, yang pertama dipanjangkan usia, yang
kedua supaya diampuni dosa, lalu diluaskan rizqinya dzohir dan bathin.
Di malam nisfu sya’ban itu Allah Swt mencatatkan ketentuan – ketentuan Allah yang akan datang sampai malam 15 sya’ban tahun yang akan datang. Apakah hamba itu akan diwafatkan di tahun ini atau akan sampai usianya hingga malam nisfu sya’ban di tahun yang akan datang dan juga ketentuan – ketentuan lainnya maka para ulama kita mengajarkan untuk memperbanyak do’a di malam itu. Maka diajarkan membaca
Do’a – do’a di malam nisfu sya’ban itu, dikabulkan oleh Allah. Diajarkan oleh para ulama kita untuk membaca
Para pembaca yang dimuliakan Allah ,
Maka oleh sebab itu di malam nisfu sya’ban, malam yang sangat agung ditentukan ketentuan kita setahun yang akan datang, kita memperbanyak do’a di malam itu, Insya Allah acara nanti di malam nisfu sya’ban sukses,.amin.
Maka oleh sebab itu di malam nisfu sya’ban, malam yang sangat agung ditentukan ketentuan kita setahun yang akan datang, kita memperbanyak do’a di malam itu, Insya Allah acara nanti di malam nisfu sya’ban sukses,.amin.
Para pembaca yang dimuliakan Allah ,
Dijelaskan di dalam Sunan Alkubra oleh Imam Baihaqi bahwa Imam Syafi’i berkata 5 malam mustajabnya do’a yaitu malam Nisfu Sya’ban, malam Idul Fitri, malam Idul Adha, malam 1 Rajab dan malam Jum’at.Ada riwayat lain juga tentunya malam – malam
seperti malam Nuzulul Qur’an, malam Lailatul Qadr dan lainnya. Namun Imam
Syafi’i mengambil 5 malam yang jarang diketahui orang, kalau malam lailatul
qadr semua sudah tau, malam mustajabnya do’a. Tapi seperti malam 1 rajab, malam
jum’at, malam nisfu sya’ban, malam Idul fitri, malam Idul adha ini banyak orang
tidak tau. Malam – malam Idul adha, malam Idul fitri orang tenggelam dalam
ghaflah (lalai), dalam dosa, dalam maksiat, justru malam itu malam mustajab
do’a. Imam Syafi’i menyampaikan kepada kita rahasia kemuliaan didalamnya karena
belum didengar oleh umat. Imam Syafi’i tidak menyebut malam lailatul qadr
karena semua orang sudah tau, jadi disebut yang tidak diketahui orang supaya
orang tau. Kita melewati berapa malam jum’at dalam kehidupan kita disaat itu
mustajabnya do’a?
Dijelaskan di dalam Sunan Alkubra oleh Imam Baihaqi bahwa Imam Syafi’i berkata 5 malam mustajabnya do’a yaitu malam Nisfu Sya’ban, malam Idul Fitri, malam Idul Adha, malam 1 Rajab dan malam Jum’at.
Oleh sebab itu layak bagi kita untuk memuliakan malam nisfu sya’ban itu. Sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika Imam Masjid Quba setiap kali sholat ia selalu membaca
قُلْ هُوَالله أَحَدٌ
maka Rasul Saw berkata “hubbuka iyyahaa adkhalakal
jannah” cintanya kepada surat
al ikhlas membuatnya masuk ke dalam surga-Nya Allah. Al Imam Ibn Hajar
Al-Atsqalani didalam Fathul Baari bi syarah Shahih Bukhari memaknakan hadits
ini menjadi dalil bahwa tidak merupakan hal yang salah bila seseorang memilih
salah satu surat
yang ia cintai untuk diamalkan. Misalnya setiap malam jum’at membaca surat yaasin atau malam nisfu sya’ban membaca yaasiin,
kenapa surat
yaasin? orang dari dulu baca yaasin kenapa harus surat
lain, ia berkata “terserah orang mau baca surat
ini surat itu, ia khususkan surat
itu, ia cintai surat
itu” maka hal itu tidak bisa mengatakan membeda – bedakan kalamullah Swt,
tidak bisa demikian dikatakan oleh Imam Ibn Hajar Al Atsqalani. Sebab kalau
seandainya itu dianggap membeda – bedakan alqur’an pasti imam masjid quba sudah
dilarang oleh Rasulullah Saw maka Rasul mengatakan “hubbuka iyyahaa
adkhalakal jannah” cintamu pada surat itu akan membuatmu masuk ke dalam
surga. Demikian mencintai atau membaca salah satu surat tertentu di waktu tertentu tidak bisa
dilarang atau dikatakan bid’ah, justru hal itu sudah diperbolehkan oleh
Sayyidina Muhammad Saw.
Selanjutnya adalah hadits yang kita baca,
إِنَّ أَعْظَمَ الْمُسْلِمِينَ جُرْمًا مَنْ
سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ
seorang muslim yang paling jahat kepada muslim lainnya orang
muslim yang paling jahat paling besar dosanya paling besar kejahatannya adalah
orang yang mempermasalahkan hal yang tidak diharamkan jadi haram gara – gara ia
permasalahkan. Banyak sekarang yang muncul seperti ini, yang mengharamkan
maulid, yang mengharamkan nisfu sya’ban, yang mengharamkan isra mi’raj. Hal ini
tidak diharamkan dipermasalahkan hingga menjadi haram, padahal semuanya adalah
syiar :
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ
فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
"barangsiapa yang membesarkan syiar – syiar Allah,
sungguh itu bentuk ketaqwaan hati." (QS Alhajj 32)
Para pembaca yang dimuliakan Allah ,
Disinilah kita memahami bahwa keagungan – keagungan syiar di masa ghaflahnya umat sangat dibutuhkan, kalau zaman dulu sudah kuat imannya muslimin – muslimat itu tapi zaman sekarang dimana ditemukan menyerukan Nama Allah, dimana kumpulan – kumpulan dzikir, lihat kumpulan – kumpulan dosa, perbuatan – perbuatan dosa, lihat luluh lantah dan hancurnya umat Muhammad Saw paling besar.Para pembaca yang dimuliakan Allah , umat Muhammad Saw
sekarang ini betul – betul menyayat hati Sang Nabi keadaannya, siapa yang
berdzikir? siapa yang mengingat Allah? siapa lagi yang mau peduli di malam
nisfu sya’ban, Sang Nabi bermunajat. Para pembaca yang dimuliakan Allah , siapa
lagi yang mau baca surat
yassin, qalbul qur’an jantungnya alqur’an, siapa yang mau menghidupkan sunnah –
sunnahnya Rasul makin hari makin tidak dikenal. Justru perkumpulan seperti
inilah yang mesti dimakmurkan, mereka yang tidak suka semoga diberi hidayah,
amin.
Disinilah kita memahami bahwa keagungan – keagungan syiar di masa ghaflahnya umat sangat dibutuhkan, kalau zaman dulu sudah kuat imannya muslimin – muslimat itu tapi zaman sekarang dimana ditemukan menyerukan Nama Allah, dimana kumpulan – kumpulan dzikir, lihat kumpulan – kumpulan dosa, perbuatan – perbuatan dosa, lihat luluh lantah dan hancurnya umat Muhammad Saw paling besar.
Para pembaca yang dimuliakan Allah ,
Para ulama dan shalihin sangat dibutuhkan
menjadi gerbang Dakwah Sang Nabi Saw di dunia dan di akhirat bahkan di alam
barzah. Diriwayatkan bahwa salah seorang murid Imam Ghazali, ketika Imam
Ghazali wafat ia bermimpi jumpa dengan gurunya yaitu Imam Ghazali. Mimpi tidak
bisa dijadikan dalil, Rasul Saw bersabda barangsiapa yang melihat hal yang baik
maka itu dari Allah, barangsiapa yang bermimpi hal yang baik maka itu dari
Allah, barangsiapa melihat hal yang buruk maka itu dari syaitan. Barangsiapa
yang melihat hal yang baik maka itu dari Allah, hendaknya ia mengucapkan
اَلْحَمْدُلِلّهِ`
yang mimpi buruk atau melihat hal yang buruk maka itu dari
syaitan maka hendaknya ia mengucap kalimat ta’awudz atau
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ
maka mimpi buruknya itu tidak akan membawa keburukan apa –
apa. Kalau hal yang baik adalah dari Allah maka pahamlah kita bahwa mimpi baik
itu dari Allah, Allah tidak berdusta maka mimpi baik itu dari Allah, patut
dipercaya.
Rasul Saw bersabda diriwayatkan didalam Shahih Bukhari
مَنْ رَآنِيْ فِي اْلمَنَامِ فَقَدْ رَآنِيْ
فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلُ بِيْ
“barangsiapa yang melihatku dalam mimpi sesungguhnya ia
melihat aku karena syaitan tidak bisa menyerupaiku”.
Dan diriwayatkan didalam Shahih Bukhari salah satu dari
bentuk 41 kenabian adalah
الرُّؤْياَ الصَّالِحِة
mimpi yang baik.
Para pembaca yang dimuliakan Allah ,
Muridnya Imam Ghazali ketika gurunya wafat, Imam Ghazali berdiri dihadapan Rasul Saw jumpa para Nabi, para Nabi – Nabi lalu Nabi Musa as berkata kepada Rasul “ya Muhammad kau ini berkata ulama umatmu seperti Nabi – Nabi Bani Israil (tentunya bukan derajat kenabian, kenabian menerima wahyu) tapi keshalihannya, ibadahnya menyerupai para Nabi Bani Israil, kedudukan derajat kenabian. Rasul Saw berkata “coba aku ingin lihat salah satu dari umatmu wahai Muhammad, pertemukan denganku, aku ingin lihat yang kau bilang ulama umatmu bagaikan Nabi Bani Israil. Katanya Musa as mengakui seperti Nabi – Nabi Bani Israil, lihat ulama umatmu yang kau katakan seperti kami, bukan maksudnya derajat kenabian seperti mereka namun keshalihannya tapi dari segi ibadah, dan lainnya seperti ulama – ulama Nabi Muhammad Saw dimuliakan Rasul Saw. Maka Rasul Saw memanggil Imam Ghazali, datang kemudian duduk lalu Nabi Musa berkata wahai Muhammad izinkan aku menguji umatmu ini yang kau katakan ulama seperti Nabi, “silahkan” Rasulullah berkata. Maka berkata Nabi Musa as “namamu siapa? Maka Imam Ghazali menjawab aku Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali Atthusi, namaku Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali Atthusi maka berkata Nabi Musa “ditanya nama nyebut gelar, aku tidak tanya nama kakekmu, bapakmu, gelarmu, yang kutanyakan namamu siapa? bukan nama bapakmu, kakekmu, gelarmu tidak kutanya itu, kenapa kau jawab seperti itu? salah umatmu ini ya Muhammad” . Imam Ghazali menunduk, lalu berkata “ya Rasulullah apakah aku diizinkan menjawab? “silahkan” Rasul berkata. Maka berkata Imam Ghazali “wahai Nabi Musa ketika kau ditanya oleh Allah, apa itu dikananmu wahai Musa? kau menjawab “ini tongkatku, aku bersandar padanya, aku menggunakannya untuk menggembala kambing, aku menggunakannya untuk hal lainnya”(QS Thaha 17-18), kau sendiri cuma ditanya apa ditangan kananmu, kau menjawab sepanjang – panjangnya” lalu Nabi Musa pun terdiam, lantas berkata Rasul Saw “ayo wahai Musa, adakah diummatmu seperti ini?”, Nabi Musa berkata “tidak ada ya Muhammad..
Muridnya Imam Ghazali ketika gurunya wafat, Imam Ghazali berdiri dihadapan Rasul Saw jumpa para Nabi, para Nabi – Nabi lalu Nabi Musa as berkata kepada Rasul “ya Muhammad kau ini berkata ulama umatmu seperti Nabi – Nabi Bani Israil (tentunya bukan derajat kenabian, kenabian menerima wahyu) tapi keshalihannya, ibadahnya menyerupai para Nabi Bani Israil, kedudukan derajat kenabian. Rasul Saw berkata “coba aku ingin lihat salah satu dari umatmu wahai Muhammad, pertemukan denganku, aku ingin lihat yang kau bilang ulama umatmu bagaikan Nabi Bani Israil. Katanya Musa as mengakui seperti Nabi – Nabi Bani Israil, lihat ulama umatmu yang kau katakan seperti kami, bukan maksudnya derajat kenabian seperti mereka namun keshalihannya tapi dari segi ibadah, dan lainnya seperti ulama – ulama Nabi Muhammad Saw dimuliakan Rasul Saw. Maka Rasul Saw memanggil Imam Ghazali, datang kemudian duduk lalu Nabi Musa berkata wahai Muhammad izinkan aku menguji umatmu ini yang kau katakan ulama seperti Nabi, “silahkan” Rasulullah berkata. Maka berkata Nabi Musa as “namamu siapa? Maka Imam Ghazali menjawab aku Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali Atthusi, namaku Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali Atthusi maka berkata Nabi Musa “ditanya nama nyebut gelar, aku tidak tanya nama kakekmu, bapakmu, gelarmu, yang kutanyakan namamu siapa? bukan nama bapakmu, kakekmu, gelarmu tidak kutanya itu, kenapa kau jawab seperti itu? salah umatmu ini ya Muhammad” . Imam Ghazali menunduk, lalu berkata “ya Rasulullah apakah aku diizinkan menjawab? “silahkan” Rasul berkata. Maka berkata Imam Ghazali “wahai Nabi Musa ketika kau ditanya oleh Allah, apa itu dikananmu wahai Musa? kau menjawab “ini tongkatku, aku bersandar padanya, aku menggunakannya untuk menggembala kambing, aku menggunakannya untuk hal lainnya”(QS Thaha 17-18), kau sendiri cuma ditanya apa ditangan kananmu, kau menjawab sepanjang – panjangnya” lalu Nabi Musa pun terdiam, lantas berkata Rasul Saw “ayo wahai Musa, adakah diummatmu seperti ini?”, Nabi Musa berkata “tidak ada ya Muhammad..
Pembaca yang dimuliakan Allah,
Demikian keluhuran di alam barzah, datang waktunya aku dan kalian menyusul ke alam barzah, kehidupan dunia yang sementara ini jadikanlah perantara untuk mencapai keluhuran.
Demikian keluhuran di alam barzah, datang waktunya aku dan kalian menyusul ke alam barzah, kehidupan dunia yang sementara ini jadikanlah perantara untuk mencapai keluhuran.
Kita bermunajat semoga Allah Swt melimpahkan keluhuran dunia
dan akhirat, kebahagiaan dunia dan akhirat, kesejahteraan dunia dan akhirat,
kemakmuran dunia dan akhirat, kemudahan dunia dan akhirat
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا...
Katakanlah bersama-sama
يَا اللهْ يَا اَللهْ يَا اللهْ
Dengan kemuliaan bulan sya’ban puluhan ribu muslimin
memanggil Nama-Mu, tidak ada nama yang lebih berhak diserukan melebihi
Nama-Nya, tidak ada Nama yang lebih pantas diagungkan melebihi Nama-Nya,
limpahi kami pengampunan, kebahagiaan, kedamaian, kesejukkan, tiada Nama yang
lebih berhak digemuruhkan melebihi Nama-Nya, tidak ada Nama yang lebih pantas
diagungkan melebihi Nama-Nya,
يَا اللهْ يَا اَللهْ يَا اللهْ...يَا اللهُ
Wahai Nama Yang Maha Luhur, wahai Yang Maha Mencipta alam
semesta dari tiada, wahai Yang Memiliki setiap nafas kami, berapa sisa nafas
kami yang Kau sisakan dalam kehidupan dunia,
يَا اللهْ يَا اَللهْ يَا اللهْ...يَا اللهُ
Kami mengaku lemah dalam menjalankan perintah-Mu, dalam
menjauhi larangan-Mu, kami mengadukan kelemahan kami kepada-Mu wahai Yang Maha
Memberi kekuatan, Yang Maha Menghidupkan, Yang Maha Membangkitkan,
يَا اللهْ يَا اَللهْ يَا اللهْ...يَا اللهُ
Kami risau dengan sisa usia kami, kami risau terjebak dosa –
dosa di masa mendatang, kami titipkan pada gerbang Kedermawanan-Mu pada
samudera Kasih Sayang-Mu,
يَا اللهْ يَا اَللهْ يَا اللهْ...يَا اللهُ
Tenangkan wilayah kami, tenangkan kota kami, tenangkan bangsa kami, tenangkan
muslimin di barat dan timur,
يَا اللهُ يَا رَحْمَنُ يَا
رَحِيْمُ...لَاإِلهَ إِلَّا الله... مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar