Oleh : Muhammad bin Abdullah At Tuwaijry
Tidak ada keberuntungan bagi umat
manusia di dunia dan akhirat kecuali dengan Islam. Kebutuhan mereka terhadapnya
melebihi kebutuhan terhadap makanan, minuman, dan udara. Setiap manusia
membutuhkan syari'at. Maka, dia berada di antara dua gerakan: gerakan yang
menarik kepada perkara yang berguna dan gerakan yang menolak mara bahaya. Islam
adalah penerang yang menjelaskan perkara yang bermanfaat dan berbahaya.
. Agama Islam ada tiga tingkatan:
Islam, iman dan ihsan. Dan setiap tingkatan mempunyai rukun.
. Perbedaan di
antara Islam, iman dan ihsan:
Islam
dan iman bila disebutkan secara bersamaan, maka yang dimaksud dengan Islam
adalah amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun Islam yang lima, dan pengertian
iman adalah amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu rukun iman yang enam. Dan
bila hanya salah satunya (yang disebutkan) maka maksudnya adalah makna dan
hukum keduanya.
. Ruang lingkup ihsan lebih umum
daripada iman, dan iman lebih umum daripada Islam. Ihsan lebih umum dari sisi
maknanya; karena ia mengandung makna iman. Seorang hamba tidak akan bisa menuju
martabat ihsan kecuali apabila ia telah merealisasikan iman dan ihsan lebih
spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli ihsan adalah segolongan ahli iman.
Maka, setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap mukmin adalah muhsin.
. Iman lebih umum daripada Islam
dari maknanya; karena ia mengandung Islam. Maka, seorang hamba tidak akan
sampai kepada tingkatan iman kecuali apabila telah merealisasikan Islam dan
iman lebih spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli iman adalah segolongan
dari ahli Islam (muslim), bukan semuanya. Maka, setiap mukmin adalah muslim dan
tidak setiap muslim adalah mukmin.
. Pengertian
Islam:
Islam
adalah berserah diri kepada Allah I dengan tauhid
dan tunduk kepada-Nya dengan taat dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan
pelakunya. Barangsiapa yang berserah diri kepada Allah I saja, maka dia
adalah seorang muslim. Dan barangsiapa yang berserah diri kepada Allah I dan yang
lainnya, maka dia adalah seorang musyrik. Dan barangsiapa yang tidak berserah
diri kepada Allah I, maka dia
seorang kafir yang sombong.
Rukun-Islam
Rukun
Islam ada lima :
Dari Ibnu Umar t, ia berkata,
"Rasulullah r bersabda, 'Islam
dibangun atas lima
perkara: Bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah I, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, berhaji, dan puasa Ramadhan." Muttafaqun 'Alaih.[1]
. Pengertian
Syahadah (laailaaha illallah):
Manusia
mengakui dengan lisan dan hatinya bahwa tidak ada yang berhak disembah selain
Allah I, dan
sesembahan-sesembahan selain Dia I, maka
ketuhanannya adalah batil dan ibadahnya juga batil. Kalimah syahadah tersebut
mengandung nafi (meniadakan/menolak) dan itsbat (menetapkan).
(Laa ilaaha), artinya menolak semua yang disembah selain Allah I, (Illallah)
adalah menetapkan ibadah kepada Allah I saja, tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam menyembah-Nya, seperti tidak ada sekutu bagi-Nya dalam
kerajaan-Nya.
. Pengertian
syahadah (Muhammad Rasulullah):
Taat
kepada Nabi r dalam
perintahnya, membenarkan beritanya, menjauhi yang dilarangnya, dan dia tidak
menyembah Alah I kecuali dengan
cara yang disyari'atkannya.
Iman
Iman:
Engkau beriman kepada Allah I, malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan engkau beriman kepada qadar
(ketentuan) baik dan buruknya.
Iman
adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan, dan amal hati, lisan dan
anggota tubuh, iman itu bertambah dengan taat dan berkurang dengan maksiat.
. Cabang-cabang
iman:
Dari
Abu Hurairah t, ia berkata,
"Rasulullah r bersabda, 'Iman
terbagi lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Yang paling utama adalah
ucapan laailaa ha illallah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari
jalan. Dan sifat malu termasuk satu cabang dari iman." HR. Muslim[2]
.
Tingkatan-tingkatan Iman:
Iman
itu memiliki rasa, manis dan hakekat.
1.
Adapun rasanya iman, maka Nabi r menjelaskan
dengan sabda-Nya: "Yang merasakan nikmatnya iman adalah orang yang ridha
kepada Allah I sebagai Rabb
(Tuhan), Islam sebagai agama, dan Muhammad r sebagai rasul." HR. Muslim[3]
2.
Adapun manisnya iman, maka Nabi r menjelaskan
dengan sabdanya: "Ada
tiga perkara, jika terdapat dalam diri seseorang, niscaya dia merasakan
nikmatnya iman: bahwa Allah I dan Rasul-Nya r lebih dicintainya
dari apapun selain keduanya, dia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah
I, dan dia benci
kembali kepada kekafiran sebagaimana dia benci dilemparkan dalam api neraka."
Muttafaqun 'alaih.
3.
Adapun hakekat iman, maka bisa didapatkan
oleh orang yang memiliki hakekat agama. Berdiri tegak memperjuangkan agama,
dalam ibadah dan dakwah, berhijrah dan menolong, berjihad dan berinfak.
1, Firman Allah I:
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ {2} الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنفِقُونَ {3} أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ
رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ {4}
Sesungguhnya orang-orang yang
beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya, bertambahalah iman
mereka (karenanya) dan kepada Rabblah mereka bertawakkal, .
(yaitu) orang-orang yang mendirikan
shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rejeki yang Kami berikan kepada
mereka. Itulah orang-orang yang beriman
dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di
sisi Rabbnya dan ampunan serta rejeki (nikmat) yang mulia. (QS. Al-Anfaal :2-4)
2, Firman Allah I:
وَالَّذِينَ
ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَالَّذِينَ ءَاوَوْا
وَنَصَرُوا أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ
كَرِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah
serta berjihad di jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan
memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang
yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang
mulia. (QS. Al-Anfal: 74)
3, Firman Allah I:
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا
وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللهِ أُوْلاَئِكَ هُمُ
الصَّادِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang
beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujuraan :15)
. Seorang hamba tidak bisa mencapai
hakekat iman sehingga dia mengetahui bahwa apapun yang menimpanya tidak akan
luput darinya dan apapun yang luput darinya pasti tidak akan menimpanya.
. Kesempurnaan
Iman:
Cinta
yang sempurna kepada Allah I Rasul-Nya
memberikan konsekuensi adanya sesuatu yang dicintainya. Apabila cinta dan bencinya
hanya karena Allah I, yang keduanya
adalah amal ibadah hati, dan pemberian dan tidak memberinya hanya karena Allah I, yang keduanya
adalah amal ibadah badan, niscaya hal itu menunjukkan kesempurnaan iman dan
kesempurnaan cinta kepada Allah I.
Dari Abu Umamah t, dari Rasulullah
r bersabda, "Barang
siapa cinta karena Allah, memberi karena Allah, dan melarang karena Allah I, niscaya dia
telah menyempurnakan iman." HR: Abu Daud[4]
Termasuk
Perkara-Perkara Keimanan
. Cinta kepada
Rasulullah r:
Dari
Anas bin Malik t, ia berkata,
'Rasulullah r bersabda, 'Tidak
beriman (sempurna) seseorang di antara kamu sehingga aku lebih dicintainya dari
pada ayahnya, anaknya, dan menusia sekalian." Muttafaqun 'alaih.[5]
. Mencintai kaum
anshar:
Dari
Anas t, dari Nabi r, beliau
bersabda, "Tanda iman adalah mencintai kaum anshar dan tanda
kemunafikan adalah membenci kaum anshar."Muttafaqun 'alaih[6]
. Mencintai
orang-orang yang beriman:
Dari
Abu Hurairah t, ia berkata,
'Rasulullah r bersabda, 'Kamu
tidak bisa masuk surga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman sehingga
kaum saling mencintai. Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang apabila kaum
lakukan niscaya kalian saling mencintai, tebarkanlah salam di antara kamu."
HR. Muslim[7]
. Mencintai
saudaranya sesama Islam:
Dari
Anas bin Malik t, dari Nabi r, beliau
bersabda, "Tidak beriman (sempurna) seseorang kamu sehingga dia
mencintai saudaranya –atau tetangganya- apa yang dia cintai untuknya dirinya."
Muttafaqun a'alaih[8]
. Mencintai tetangga dan tamu, serta
tidak bicara kecuali tentang yang baik:
Dari
Abu Hurairah t, dari Rasulullah
r, beliau
bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah I dan hari akhir,
hendaklah dia berkata baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah I dan hari akhir,
hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, hendaklah dia memuliakan tamunya." Muttafaqun 'Alaih.[9]
. Memerintahkan
yang ma'ruf dan melarang yang mungkar:
Dari
Abu Sa'id al-Khudri t, ia berkata,
"Saya mendengar Rasulullah r bersabda, 'Barang
siapa di antara kalian melihat yang mungkar (yang dilarang agama) hendaklah ia
merubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka (hendaklah dia
merubahnya) dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka (hendaklah dia
merubahnya dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman." HR.
Muslim.[10]
. Nasehat:
Dari
Tamim ad-Darimi t, bahwasanya Nabi
r bersabda, "
Agama adalah nasehat.' Kami bertanya, 'Untuk siapa?' Beliau menjawab, 'Untuk
Allah I, kitab-Nya,
rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan umat Islam secara umum." HR.
Muslim. [11]
. Iman adalah
amalan yang paling utama:
Dari
Abu Hurairah t, sesungguhnya
Rasulullah r ditanya: 'Apakah
amalan yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Iman kepada Allah I dan Rasul-Nya.'
Beliau ditanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab, 'Jihad di jalan Allah I.' Beliau ditanya
lagi, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab, 'Haji yang mabrur." Muttafaqun
'Alaih.[12]
. Iman bertambah dengan taat dan
berkurang dengan perbuatan maksiat:
1, Firman Allah I:
Dia-lah yang telah menurunkan
ketenangan ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keimanan mereka bertambah di
samping keimanan mereka (yang telah ada). (QS. Al-Fath :4)
2, Firman Allah I:
Dan apabila diturunkan suatu surat,
maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata :"Siapa di
antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?". Adapun orang yang beriman,
maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. (QS. At-Taubah
:124)
3, Dari Abu Hurairah t, bahwasanya
Rasulullah r bersabda, "Tidak
berzina orang yang berzina saat berzina sedangkan dia dalam keadaan beriman.
Tidak mencuri orang yang mencuri saat dia mencuri sedangkan dia dalam keadaan
beriman. Dan tidak meminum arak (orang yang meminumnya) saat dia meminum
sedangkan dia dalam keadaan beriman." Muttafaqun 'alaih.[13]
4, Dari Anas bin Malik t, dari Nabi r, beliau
bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata: 'Tiada
Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan
seberat rambut. Akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata: 'Tiada Ilah
(yang berhak disembah) selain Allah' dan di hatinya ada kebaikan seberat biji
gandum. Dan akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata:'Tiada Ilah (yang
berhak disembah) selain Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji
sawi (atom)." Dan dalam satu riwayat:
'iman' di tempat 'kebaikan'.
. Amal perbuatan
orang kafir yang dilakukannya sebelum Islam:
1, Apabila orang kafir masuk Islam,
kemudian ia berbuat baik, maka segala keburukan diampuni untuknya, karena
firman Allah I:
Katakanlah kepada orang-orang yang
kafir itu :"Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan
mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka
kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap)
orang-orang dahulu". (QS. Al-Anfaal :38)
2, Dan segala amal kebaikan (yang
dilakukannya semasa kufur) diberikan pahala kepadanya, berdasarkan riwayat
bahwa Hakim bin Hizam t bertanya kepada
Rasulullah r: 'Bagaimana
pendapatmu terhadap beberapa perkara (kebaikan) yang pernah saya lakukan di
masa jahiliyah, apakah ada balasannya untuk saya?' Rasulullah r bersabda
kepadanya:'Kamu masuk Islam bersama kebaikan yang pernah kamu lakukan."
Muttafaqun 'Alaih.[14]
3, Dan (sebaliknya) barang siapa
yang masuk Islam, kemudian melakukan dosa, maka dia disiksa dengan (dosa)
pertama dan yang terakhir. Berdasarkan sabda Nabi r: 'Barang
siapa yang berbuat di masa Islam, niscaya tidak disiksa karena perbuatan buruk
yang dia lakukan di masa jahiliyah. Dan barang siapa yang berbuat kejahatan di
masa sesudah Islam, niscaya dia disiksa karena (dosa) yang pertama dan terakhir."
Muttafaqun 'Alaih.[15]
Catatan kaki :
[1] HR. Bukhari no. 8 dan ini
adalah lafazhnya dan Muslim no. 16
[2] HR. Muslim no. 35
[3] HR. Muslim no. 34
[4] Hasan/ HR. Abu Daud no.
4681, Shahih Sunan Abu Daud no. 3915. Lihat, as-Silsilah ash-Shahihah no 380
[5] HR. al-Bukhari 15 dan ini
adalah lafaznya, dan Muslim no. 44
[6] HR. al-Bukhari no. 17 dan
ini adalah lafazhnya, dan Muslim no 74
[7] HR. Muslim no 54
[8] HR. al-Bukhari no. 14 dan
Muslim no. 45, ini adalah lafazhnya.
[10] HR. Muslim (49).
[11] HR. Muslim 55.
[12] HR. al-Bukhari no. 26 dan
ini adalah lafazhnya, dan Muslim no 83.
[13] HR. al-Bukhari no. 2475
dan Muslim no. 57 dan ini adalah lafazhnya.
[14] HR. al-Bukhari no. 1436
dan Muslim no. 123 dan ini adalah lafazhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar