Ketika Rasulullah lahir dari
rahim ibunda tercintanya, Siti Aminah, Tsuwaibah datang kepada Abu Lahab seraya
memberikan kabar tentang kelahiran Muhammad, keponakannya yang berupa bayi
laki-laki sehat tanpa kekurangan suatu apa pun.
Tatkala mendengar kabar kelahiran
keponakan lelakinya ini, Abu lahab bersuka cita. Ia melompat-lompat riang
gembira seraya meneriakkan kata-kata pujian atas kelahiran keponakannya
tersebut sepanjang jalan. Inilah bentuk kegembiraan Abu Lahab, sang paman yang
kelak menjadi salah satu musuh bebuyutannya dalam berdakwah.
Namun rupanya tidak cukup
sampai di situ saja luapan kegembiraannya kemudian dia membebaskan budak
Tsuwaibah
وَقَالَ شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ
عُرْوَةُ ثُوَيْبَةُ أَعْتَقَهَا أَبُو لَهَبٍ
Syu’aib berkata; Dari Az
Zuhri, bahwa telah berkata Urwah; Yang membebaskan Tsuwaibah adalah Abu Lahab.
(HR Bukhari 4953)
حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ
أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ
الزُّبَيْرِ أَنَّ زَيْنَبَ بِنْتَ أَبِي سَلَمَةَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّ أُمَّ
حَبِيبَةَ بِنْتَ أَبِي سُفْيَانَ أَخْبَرَتْهَا أَنَّهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ
اللَّهِ انْكِحْ أُخْتِي بِنْتَ أَبِي سُفْيَانَ فَقَالَ أَوَتُحِبِّينَ ذَلِكِ
فَقُلْتُ نَعَمْ لَسْتُ لَكَ بِمُخْلِيَةٍ وَأَحَبُّ مَنْ شَارَكَنِي فِي خَيْرٍ أُخْتِي
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ ذَلِكِ لَا يَحِلُّ
لِي قُلْتُ فَإِنَّا نُحَدَّثُ أَنَّكَ تُرِيدُ أَنْ تَنْكِحَ بِنْتَ أَبِي
سَلَمَةَ قَالَ بِنْتَ أُمِّ سَلَمَةَ قُلْتُ نَعَمْ فَقَالَ لَوْ أَنَّهَا لَمْ
تَكُنْ رَبِيبَتِي فِي حَجْرِي مَا حَلَّتْ لِي إِنَّهَا لَابْنَةُ أَخِي مِنْ
الرَّضَاعَةِ أَرْضَعَتْنِي وَأَبَا سَلَمَةَ ثُوَيْبَةُ فَلَا تَعْرِضْنَ عَلَيَّ
بَنَاتِكُنَّ وَلَا أَخَوَاتِكُنَّ قَالَ عُرْوَةُ وثُوَيْبَةُ مَوْلَاةٌ لِأَبِي
لَهَبٍ كَانَ أَبُو لَهَبٍ أَعْتَقَهَا فَأَرْضَعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا مَاتَ أَبُو لَهَبٍ أُرِيَهُ بَعْضُ أَهْلِهِ بِشَرِّ
حِيبَةٍ قَالَ لَهُ مَاذَا لَقِيتَ قَالَ أَبُو لَهَبٍ لَمْ أَلْقَ بَعْدَكُمْ
غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ بِعَتَاقَتِي ثُوَيْبَةَ
Telah menceritakan kepada
kami Al Hakam bin Nafi’ Telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri ia
berkata;
Telah mengabarkan kepadaku Urwah bin Az Zubair bahwa Zainab binta Abu
Salamah Telah mengabarkan kepadanya bahwa Ummu Habibah binti Abu Sufyan Telah mengabarkan
kepadanya bahwa ia pernah berkata, Wahai Rasulullah nikahilah saudaraku binti
Abu Sufyan. Maka beliau balik bertanya: Apakah suka akan hal itu? aku menjawab,
Ya. Namun aku tidak mau ditinggal oleh Anda. Hanya saja aku suka bila saudariku
ikut serta denganku dalam kebaikan. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun
bersabda: Sesungguhnya hal itu tidaklah halal bagiku. Aku berkata, Telah
beredar berita, bahwa Anda ingin menikahi binti Abu Salamah. Beliau bertanya:
Anak wanita Ummu Salamah? aku menjawab, Ya. Maka beliau pun bersabda: Meskipun
ia bukan anak tiriku, ia tidaklah halal bagiku. Sesungguhnya ia adalah anak
saudaraku sesusuan. Tsuwaibah telah menyusuiku dan juga Abu Salamah. Karena
itu, janganlah kalian menawarkan anak-anak dan saudari-saudari kalian padaku.
Urwah berkata; Tsuwaibah adalah bekas budak Abu Lahab. Waktu itu, Abu Lahab
membebaskannya, lalu Tsuwaibah pun menyusui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dan ketika Abu Lahab meninggal, ia pun diperlihatkan kepada sebagian keluarganya
di alam mimpi dengan keadaan yang memprihatinkan. Sang kerabat berkata padanya,
Apa yang telah kamu dapatkan? Abu Lahab berkata.Setelah kalian, aku belum
pernah mendapati sesuatu nikmat pun, kecuali aku diberi minum lantaran
memerdekakan Tsuwaibah. (HR Bukhari 4711)
Hikmah dari kisah di atas
adalah bahwa kegembiraan Abu Lahab menyambut kelahiran Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam dengan membebaskan budak Tsuwaibah mendapatkan
kebijaksanaan dari Allah Azza wa Jalla, padahal segala amal kebaikan
orang kafir selama di dunia tidak bermanfaat di akhirat kelak.
Firman Allah ta’ala yang
artinya,
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”. (QS Ibrahim [14]:18 )
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”. (QS Ibrahim [14]:18 )
“Dan orang-orang kafir
amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka
air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak
mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu
Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah
sangat cepat perhitungan-Nya” (QS An Nuur [24]:39 )
Kegembiraan Abu Lahab
menyambut kelahiran Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai amal
kebaikan yang tetap diperhitungkan walaupun Abu Lahab adalah seorang yang
kafir.
Apalagi umat muslim yang
mengikuti Salaf yang sholeh melalui apa yang telah disampaikan oleh Imam Mazhab
yang empat yang melihat sendiri penerapan, perbuatan serta contoh nyata dari
Salaf yang Sholeh dan juga gembira memperingati Maulid Nabi tentu mereka akan
mendapatkan barokah yang sangat besar.
Berikut para Hafidh (mereka
yang menghafal dan memahami 100.000 hadits ) berpendapat tentang peringatan
Maulid Nabi.
Imam Al Hafidh Assakhawiy
dalam kitab Sirah Al Halabiyah berkata “tidak dilaksanakan maulid oleh
salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap
melaksanakannya umat Islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pada
malamnya dengan berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan
berlimpah terhadap mereka keberkahan yang sangat besar”
Imam Al hafidh Abu Syaamah
rahimahullah (Guru imam Nawawi) : “Merupakan Bid’ah hasanah yang mulia dizaman
kita ini adalah perbuatan yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran
Rasul shallallahu alaihi wasallam dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan,
menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul shallallahu
alaihi wasallam dan membangkitkan rasa cinta pada beliau shallallahu alaihi
wasallam, dan bersyukur kepada Allah ta’ala dengan kelahiran Nabi shallallahu
alaihi wasallam“
Imam Al hafidh Ibn Abidin
rahimahullah dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : “ketahuilah salah satu
bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi shallallahu
alaihi wasallam”
Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi
rahimahullah, dengan karangan maulidnya yang terkenal “al aruus” juga beliau
berkata tentang pembacaan maulid, “Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu,
dan berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yang
membacanya serta merayakannya”.
Imam Al Hafidh Al
Qasthalaniy rahimahullah dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148
cetakan al maktab al islami berkata: “Maka Allah akan menurukan rahmat Nya
kepada orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”.
Wassalam
RePost from : http://mutiarazuhud.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar