Telah di sampaikan dalam posting
yang ada di blog yang saya sertakan linknya di bawah ini : http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/09/07/belajar-dari-mereka/
bahwa pada hakikatnya, mereka menjadi pengikut ulama Ibnu Taimiyah (Salafi)
atau menjadi pengikut ulama Muhammad bin Abdul Wahhab yang mengikuti pemahaman
ulama Ibnu Taimiyah (Salafi Wahhabi yang disingkat Wahhabi) adalah kehendak
Allah ta’ala juga dan merupakan cobaan bagi kita kaum muslimin. Kita sebaiknya
menghadapi cobaan ini dengan kesabaran dan cara-cara yang disukai oleh
Allah Azza wa Jalla
Sebagaimana pula yang
disampaikan pada http://ummatipress.com/2011/09/05/salafi-wahabi-digugat-para-ulama-dan-kaum-muslimin-sedunia/
Ulama-ulama telah memberikan pendapat tentang Salafi atau Salafi Wahhabi
sebagai berikut,
“Mereka mengubah nama Wahabi
menjadi Salafi untuk mengelabui umat Islam… juga, agar mereka merasa aman
dan nyaman dari sorotan masyarakat dalam menyebarkan dakwahnya…”(Prof. Dr. Ali
Gomaa, ulama besar Al-Azhar sekaligus mufti Mesir)
“Al-Albani tidak dapat
dipertanggungjawabkan dalam menetapkan nilai suatu hadis, baik shahih ataupun
dhaif. la telah mengubah hadis-hadis dengan sesuatu yang tidak boleh
menurut ulama hadis…” (Al-Muhaddits Prof. Dr. Abdullah al-Ghimari, Guru Besar
llmu Hadis di universitas-univesitas Maroko).
“Maaf, mereka hanya menjadi
bencana bagi sunnah dan fitnah bagi Islam secara keseluruhan.Pada kenyataannya,
sesungguhnya penyakit-penyakit jiwa ada pada
mereka yang sangat fanatik itu…” (Prof.
Dr. Muhammad al-Ghazali, dai internasional terkemuka di Timur Tengah asal
Mesir)
Di antara ciri sekte Salafi
Wahabi yang paling menonjol adalah klaim kebenaran yang mereka sematkan kepada
Salafi Wahabi golongan mereka sendiri. Demi menjaga klaim tersebut, apa pun mereka
lakukan, termasuk menyerang segala pemahaman yang tidak sejalan. Tak aneh
jika kemudian dakwah Salafi Wahabi ditentang di mana-mana, digugat oleh
para ulama di setiap masa.
Demikianlah sebagian
pendapat-pendapat ulama yang termuat pada buku berjudul “Ulama Sejagad
Menggugat Salafi Wahabi” yang diterbitkan oleh Pustaka Pesantren dan
ditulis oleh Syaikh Idahram
Syaikh Idahram adalah
pemerhati gerakan-gerakan Islam, lahir di Tanah Jawa, pada tahun I970-an. Ketertarikannya
terhadap fenomena Salafi Wahabi terpupuk sejak ia melanglang buana dan belajar
ke Timur Tengah, bertalaqqi kepada para masyayikh di sana dan berdiskusi dengan para ustadz.
Dalam upaya pencariannya
itu, penulis pernah menjadi anggota organisasi Muhammadiyah beberapa tahun,
aktif dalam liqa’ PKS (Partai Keadilan Sejahtera) selama 4 tahun, pengurus
kajian Hizbut Tahrir selama 2 tahun, pejabat teras ICMI (Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia), hingga akhirnya berlabuh dan basah kuyup dalam tasawuf
dengan berbai’at kepada seorang syaikh.
Maraknya gerakan Islam garis
keras di Indonesia ,
serta dorongan dari berbagai pihak, membuat dirinya memutuskan untuk menuliskan
apa yang diamatinya selama ini tentang Salafi Wahabi. Ia sempat ragu ketika
beberapa kawan mengingatkannya tentang teror yang kerap kali terjadi terhadap
para pengkritik faham ini. Akan tetapi, atas rekomendasi dari para masyayikh,
penulis akhirnya memutuskan untuk tetap menuliskan penelitiannya dengan
menyiasati penggunaan nama pena, yaitu Syaikh Idahram.
Buku Trilogi Data dan Fakta
Penyimpangan sekte Salafi Wahabi ini hadir sebagai titik kulminasi dari rasa
prihatin penulis terhadap persatuan dan ukhuwah umat Islam yang saat ini sangat
meradang dan hanya tinggal wacana. Dia mencoba berpikir keras, dari mana
persatuan umat ini harus dimulai. Hingga akhirnya, pencarian dan penelitian
yang dilakukannya selama 9 tahun, mulai 2001 s.d. 2010, membuahkan buku
sederhana di tangan pembaca ini.
Untuk sementara waktu,
penulis buku tersebut hanya membuka ruang dialog melalui media email: salafiasli@yahoo.com
Demikianlah kutipan yang
kami peroleh dari Ummati Press yang telah kembali online dengan nama domain
sendiri, setelah mereka pingsan di KO kan
oleh wordpress.com
Berikut adalah tambahan
pendapat ulama lainnya tentang mereka
“Sayangnya, ada segelintir
manusia akhir zaman, yang mana dia bukan seorang hafizh, bukan pula seorang
hujjah apalagi seorang hakim, tetapi anehnya mereka berani bersuara lantang
mengkritik dan menuduh sesat amal serta keputusan ulama-ulama hadits terdahulu“.
Sumber: http://tengkuzulkarnain.net/index.php/artikel/index/45/Hadist-Dhoif
Sumber: http://tengkuzulkarnain.net/index.php/artikel/index/45/Hadist-Dhoif
“Di kalangan salafi
(wahabi), lelaki satu ini dianggap muhaddis paling ulung di zamannya. Itu klaim
mereka. Bahkan sebagian mereka tak canggung menyetarakannya dengan para imam
hadis terdahulu. Fantastis. Mereka gencar mempromosikannya lewat berbagai
media. Dan usaha mereka bisa dikata berhasil. Kalangan muslim banyak yang
tertipu dengan hadis-hadis edaran mereka yang di akhirnya terdapat kutipan,
“disahihkan oleh Albani, ”. Para salafi itu
seolah memaksakan kesan bahwa dengan kalimat itu Al-Albani sudah setaraf dengan
Imam Turmuzi, Imam Ibnu Majah dan lainnya.”
Sumber: http://www.forsansalaf.com/2009/albani-muhaddits-tanpa-sanad-andalan-wahabi/
Sumber: http://www.forsansalaf.com/2009/albani-muhaddits-tanpa-sanad-andalan-wahabi/
“Kaum Salafi & Wahabi menganggap
sepertinya al-Albani adalah ahli hadis yang sangat menguasai bidangnya,
sehingga bagi sebagian mereka seperti ada kepuasan hati ketika sudah mengetahui
pendapat al-Albani tentang hadis yang mereka bahas, dan seolah mereka sudah
mencapai hasil penilaian final saat menyebutkan “hadis ini dishahihkan
al-Albani” atau “al-Albani mendha’ifkan hadis ini”.
Sumber: http://www.daarulmukhtar.org/index.php?option=com_content&task=view&id=26&Itemid=27
Sumber: http://www.daarulmukhtar.org/index.php?option=com_content&task=view&id=26&Itemid=27
“Apa pendapat anda dengan
seorang manusia muncul di abad ini lalu menukil nukil sisa sisa hadits yg tidak
mencapai 10% dari hadits yg ada dimasa itu, lalu berfatwa ini dhoif, itu dhoif.
saya sebenarnya tak suka bicara mengenai ini, namun saya memilih mengungkapnya
ketimbang hancurnya ummat karena tipuan seorang tong kosong“.
Sumber: http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=22475&catid=9
Sumber: http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=22475&catid=9
“Seorang Al-Albani ketika
membaca Quran dan Sunnah, lalu dia pun berjtihad dengan pendapatnya. Apa yang
dia katakan tentang Quran dan Sunnah, pada hakikatnya adalah hasil ijtihad dan
ra’yu dia sendiri. Sumbernya memang Quran dan Sunnah, tapi apa yang dia
sampaikan semata-mata lahir dari kepalanya sendiri. Sayangnya, para pendukung
Al-Albani diyakinkan bahwa yang keluar dari mulut Al-Albani itulah isi dan
makna Quran yang sebenarnya. Lalu ditambahkan bahwa pendapat yang keluar dari
mulut para ulama lain termasuk pada imam mazhab dianggap hanya meracau dan
mengada-ada. Naudzu billahi min dzalik“.
Posting Selengkapnya:
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar