Sebagian orang mengira bahwa
tawassul tidak pernah dicontohkan oleh para salafus shalih. Berikut ini
beberapa nukilan tentang tawassul salafus shalih.
Imam Syafii Bertabarruk di
kuburan Imam Abu Hanifah.Dalam kitab Tarikh Baghdad karangan Al Khathib Al
Baghdadi yang sangat populer itu, disebutkan dengan sanad shahih bahwa Imam
Syafii sering datang ke kuburan Imam Abu Hanifah untuk mengambil berkahnya (tabarruk).
Berikut ini teksnya:
وبالجانب الشرقي مقبرة
الخيزران فيها قبر محمد بن إسحاق بن يسار صاحب السيرة وقبر أبي حنيفة النعمان بن
ثابت إمام أصحاب الرأي أخبرنا القاضي أبو عبد الله الحسين بن علي بن محمد الصيمري
قال أنبأنا عمر بن إبراهيم المقرئ قال نبأنا مكرم بن أحمد قال نبأنا عمر بن إسحاق
بن إبراهيم قال نبأنا علي بن ميمون قال سمعت الشافعي يقول اني لأتبرك بأبي حنيفة
وأجيء إلى قبره في كل يوم يعني زائرا فإذا عرضت لي حاجة صليت ركعتين وجئت إلى قبره
وسألت الله تعالى الحاجة عنده فما تبعد عني حتى تقضى
“Di sebelah timur terdapat
kuburan Al Khaizuran, di dalamnya terdapat kuburan Muhammad bin Ishaq penulis
Sirah, dan kuburan Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit, Imamnya ahli ra’yi… Ali bin
Maimun berkata: Saya pernah mendengar Asy Syafii berkata:
Sungguh aku
benar-benar mengambil berkah (tabarruk) dengan Abu Hanifah, aku datang ke
kuburannya setiap hari, yakni sebagai peziarah, jika aku memiliki keinginan
(hajat) aku shalat dua rakaat lalu mendatangi kuburannya dan memohon kepada
Allah di situ. Tak lama kemudian biasanya dipenuhi hajatku.” (Tarikh Baghdad
1/123)
Dalam kitab yang sama juga
disebutkan:
باب: ما ذكر في مقابر
بغداد المخصوصة بالعلماء والزهاد بالجانب الغربي في أعلا المدينة مقابر قريش دفن
بها موسى بن جعفر بن محمد بن علي بن الحسين بن علي بن أبي طالب وجماعة من الأفاضل
معه أخبرنا القاضي أبو محمد الحسن بن الحسين بن محمد بن رامين الإستراباذي قال
أنبأنا أحمد بن جعفر بن حمدان القطيعي قال سمعت الحسن بن إبراهيم أبا علي الخلال
يقول ما همني أمر فقصدت قبر موسى بن جعفر فتوسلت به الا سهل الله تعالى لي ما أحب
Bab: Berita tentang
kuburan-kuburan Baghdad
yang dikhususkan untuk para ulama dan ahli zuhud di sebelah Barat. Di puncak kota terdapat
kuburan-kuburan Quraisy. Di dalamnya dimakamkan Musa bin Ja’far bin Muhammad
bin Ali bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib dan sejumlah tokoh-tokoh pembesar
bersamanya… Ahmad bin Ja’far bin Hamdan Al Qathi’I berkata: Aku pernah
mendengar Al Hasan bin Ibrahim Abu Ali Al Khilal berkata: Tak pernah aku
ditimpa kesusahan kemudian aku mendatangi kuburan Musa bin Ja’far lalu aku
bertawassul dengannya kecuali Allah memudahkan apa yang aku inginkan.” (Tarikh
Baghdad 1/120)
Dalam Manasik Imam Ahmad
riwayat Abu Bakr Al Maruzi juga disebutkan tawassul dengan Nabi SAW. Redaksi
tawassul itu disebutkan oleh Abul Wafa’ bin Aqil, salah seorang pembesar ulama
mazhab Hambali secara panjang lebar dalam kitab Tadzkirohnya. Al Hafizh Abdul
Ghaniy Al Maqdisi juga pernah mengusap kuburan Imam Ahmad demi memperoleh
kesembuhannya. Dan masih banyak lagi bukti-bukti sejarah bahwa tawassul dengan
orang mati sudah dipraktekkan oleh kaum muslimin sejak dahulu kala tanpa ada
pengingkaran dari seorangpun. Apakah kita berani memvonis mereka semua kafir,
syirik, penyembah berhala dan kubur?
Adz-Dzahabi; dalam karyanya;
Siyar A’lam an-Nubala’, jld. 9, cet. 9, tentang biografi Imam Ma’ruf al-Karkhi
; beliau adalah Abu Mahfuzh al-Baghdadi.menuturkan berikut ini teksnya:
وَعَنْ إِبْرَاهِيْمَ
الحَرْبِيِّ، قَالَ: قَبْرُ مَعْرُوْفٍ التِّرْيَاقُ المُجَرَّبُ . يُرِيْدُ
إِجَابَةَ دُعَاءِ المُضْطَرِ عِنْدَهُ؛ لأَنَّ البِقَاعَ المُبَارَكَةِ
يُسْتَجَابُ عِنْدَهَا الدُّعَاءُ، كَمَا أَنَّ الدُّعَاءَ فِي السَّحَرِ
مَرْجُوٌّ، وَدُبُرَ المَكْتُوْبَاتِ، وَفِي المَسَاجِدِ، بَلْ دُعَاءُ المُضْطَرِ
مُجَابٌ فِي أَيِّ مَكَانٍ اتَّفَقَ، اللَّهُمَّ إِنِّيْ مُضْطَرٌ إِلَى العَفْوِ،
فَاعْفُ عَنِّي.
Dari Ibrahim al-Harbi
berkata: “Makam Imam Ma’ruf al-Karkhi adalah obat yang paling mujarab”.
(Adz-Dzahabi berkata ): ”Yang dimaksud ialah terkabulnya doa di sana yang dipanjatkan oleh orang yang tengah kesulitan,
oleh karena tempat-tempat yang berkah bila doa dipanjatkan di sana akan terkabulkan, sebagaimana
terkabulkannya doa yang dipanjatkan di waktu sahur (sebelum subuh), doa setelah
shalat-shalat wajib, dan doa di dalam masjid-masjid, …..”.
Siapa Ibrahim al-Harbiy ? Adz-Dzahabiy
dalam kitabnya juga menuturkan biografi beliau,
إِبْرَاهِيْمُ
الحَرْبِيُّ أَبُو إِسْحَاقَ بنُ إِسْحَاقَ البَغْدَادِيُّ هُوَ: الشَّيْخُ،
الإِمَامُ، الحَافِظُ، العَلاَّمَةُ، شَيْخُ الإِسْلاَمِ، أَبُو إِسْحَاقَ
إِبْرَاهِيْمُ بنُ إِسْحَاقَ بنِ إِبْرَاهِيْمَ بنِ بَشِيْرٍ البَغْدَادِيُّ،
الحَرْبِيُّ، صَاحِبُ التَّصَانِيْفِ مَوْلِدُهُ: فِي سَنَةَ ثَمَانٍ وَتِسْعِيْنَ
وَمئَةٍ
Ibrahim al-Harbi Abu
Ishaq bin Ishaq al-Baghdadiy adalah asy-Syaikh, al-Imam, al-Hafidz,
al-’Allamah, Syaikhul Islam, Abu Ishaq Ibrahim bin Ishaq bin Ibrahim bin Basyir
al-Baghdadiy, al-Harbiy, Shahibut Tashanif. Lahir pada tahun 198 Hijriyah.
Siyar A’lam an-Nubala’, jld.
12, cet. 14, tentang biografi Imam al-Bukhari (penulis kitab Shahih); beliau
adalah Abu Abdillah Muhammad ibn Isma’il ibn Ibrahim al-Bukhari, dalam
menceritakan tentang wafatnya. simak tulisan adz-Dzahabi berikut ini:
وَقَالَ أَبُو عَلِيٍّ
الغَسَّانِيُّ: أَخْبَرَنَا أَبُو الفَتْحِ نَصْرُ بنُ الحَسَنِ السَّكتِيُّ
السَّمرقندِيُّ، قَدِمَ عَلَيْنَا بَلَنْسِيَةَ عَامَ أَرْبَعِيْنَ وَسِتِّيْنَ
وَأَرْبَعِ مائَةٍ، قَالَ: قَحطَ المَطَرُ عِنْدنَا بِسَمَرْقَنْدَ فِي بَعْضِ
الأَعْوَامِ، فَاسْتسقَى النَّاسُ مِرَاراً، فَلَمْ يُسْقَوا، فَأَتَى رَجُلٌ
صَالِحٌ مَعْرُوْفٌ بِالصَّلاَحِ إِلَى قَاضِي سَمَرْقَنْدَ فَقَالَ لَهُ: إِنِّي
رَأَيْتُ رأْياً أَعرضُهُ عَلَيْكَ. قَالَ: وَمَا هُوَ؟ قَالَ: أَرَى أَنْ تخرجَ
وَيخرجَ النَّاسُ مَعَكَ إِلَى قَبْرِ الإِمَامِ مُحَمَّدِ بنِ إِسْمَاعِيْلَ
البُخَارِيِّ، وَقبرُهُ بخَرْتَنْك، وَنستسقِي عِنْدَهُ، فعسَى اللهُ أَنْ
يَسْقِينَا. قَالَ: فَقَالَ القَاضِي: نِعْمَ مَا رَأَيْتَ. فَخَرَجَ القَاضِي
وَالنَّاسُ مَعَهُ، وَاسْتسقَى القَاضِي بِالنَّاسِ، وَبَكَى النَّاسُ عِنْدَ
القَبْرِ، وَتشفَّعُوا بصَاحِبِهِ، فَأَرسلَ اللهُ -تَعَالَى- السَّمَاءَ بِمَاءٍ
عَظِيْمٍ غَزِيْرٍ أَقَامَ النَّاسُ مِنْ أَجلِهِ بِخَرْتَنْك سَبْعَةَ أَيَّامٍ
أَوْ نحوَهَا، لاَ يَسْتَطيعُ أَحَدٌ الوُصُوْلَ إِلَى سَمَرْقَنْدَ مِنْ كَثْرَةِ
المَطَرِ وَغزَارتِهِ، وَبَيْنَ خرتنك وَسَمَرْقَنْد نَحْوَ ثَلاَثَةَ أَمِيَالٍ.
“Abu ‘Ali al-Gassani
berkata: “Telah mengkhabarkan kepada kami Abu al-Fath Nasr ibn al-Hasan
as-Sakti as-Samarqandi; suatu ketika dalam beberapa tahun kami penduduk
Samarqand mendapati musim kemarau, banyak orang ketika itu telah melakukan
shalat Istisqa’, namun hujan tidak juga turun. Kemudian datang seseorang yang
dikenal sebagai orang saleh menghadap penguasa Samarqand, ia berkata: “Saya
punya pendapat maukah engkau mendengarkannya? Penguasa tersebut berkata: “Baik,
apa pendapatmu?”. Orang saleh berkata: “Menurutku engkau harus keluar bersama
segenap manusia menuju makam Imam Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari, makam beliau
berada di Kharatnak, engkau berdoa meminta hujan di sana , dengan begitu semoga Allah menurunkan
hujan bagi kita”. Sang penguasa berkata: “Aku akan kerjakan saranmu itu”. Maka
keluarlah penguasa Samarqand tersebut dengan orang banyak menuju makam Imam
al-Bukhari, banyak sekali orang yang menangis di sana , mereka semua meminta tolong kepada Imam
al-Bukhari. Kemudian Allah menurunkan hujan yang sangat deras, hingga
orang-orang saat itu menetap di Kharatnak sekitar tujuh hari, tidak ada
seorangpun dari mereka yang dapat pulang ke Samarqand karena banyak dan
derasnya hujan. Jarak antara Samarqand dan Kharatnak sekitar tiga mil”.
Dan masih banyak lagi
bukti-bukti sejarah bahwa tawassul dengan orang mati sudah dipraktekkan oleh
kaum muslimin sejak dahulu kala tanpa ada pengingkaran dari seorangpun. Apakah
kita berani memvonis mereka semua kafir, syirik, penyembah berhala dan kubur? Wallohu
A’lam bish-Showab
Semoga bermanfa’at. Aamiin
Penulis : Ibnu Mas'ud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar