Habib Abdullah Al-Haddad pernah menyuruh muridnya berpegang dengan aqidah yang disusun oleh Imam As-Suhrawardiy dengan judul “A’lamul Huda”, dan menyuruh muridnya yang lain menghafal aqidah yang disusun oleh Syekh Abdullah bin As’ad Al-Yafi’i, sesuai dengan apa yang dinukil oleh Habib Al-Aidarus dalam kitabnya “Al-Kibrit Al-Ahmar”.
Habib Abdullah Al-Haddad juga telah menyusun aqidah yang ringkas lagi lengkap dimana penulis (Sayid Alwi bin Thahir Al-Haddad) telah menulis pengantarnya, antara lain sebagai berikut :
“Dan kami telah mengawalinya dengan aqidah yang ringkas yaitu aqidah yang para salaf (pendahulu-pendahulu kita) mengajarkannya kepada keluarga, sanak saudara serta para tetangga, baik yang jauh maupun yang dekat, serta orang-orang awam di negeri mana mereka tinggal. Aqidah itu besar pengaruhnya, agung manfa’atnya, bahkan merupakan pusaka iman yang mengandung arti penyerahan dan ketundukan mutlak (Kepada Tuhan) serta penerimaan penuh atas apa yang telah disampaikan oleh Nabi utusan Allah yang mulia S.A.W. berupa ajaran Islam yang suci”.
Aqidah ini seluruhnya kami nukil dari kitab “Annash’ih Addiniyah” karya tokoh dari semua tokoh zamannya, Syekh Al-Islam, pembimbing hamba Allah ke jalan yang benar, As-Sayid As-Syarif Al-Arif Billah Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad. Aqidah ini kemudian kami tambah dengan “Al-Aqidah Al-Jami’ah” juga ditulis oleh beliau dan disampaikan sebagai penutup kitab “An-Nashs’ih Addiniyah”. Pada kitab itu Habib Abdullah Al-Haddadmenyatakan :
“Penutup kitab ini adalah sebuah aqidah yang ringkas dan sangat bermanfa’at, Insya Allah, sesuai jalan yang ditempuh oleh Al-Firqah An-Najiah (golongan yang selamat di Akhirat), yaitu golonganAhlussunah Wal Jama’ah, golongan yang merupakan Assawad Al-A ‘dham (mayoritas umat ini)”
Aqidah ini juga diikuti oleh “Al-Aqidah Assadidah Al-muafiqah Lil Kitab Wassunnah Al-Hamidah” (Aqidah yang benar sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah yang terpuji).Semua itu kami nukil dari karya-karya tulis Habib Abdullah Al-Haddad. Semua itu kemudian dihimpun dan diterbitkan oleh cucunda beliau yaitu Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir Al-Haddad, dimana terlukis pada pribadi dan budi beliau akhlaqdan budi pekerti luhur para salaf dan nur kerohanian mereka.
Di dalam kitab “Al-Masyra ‘Arrawiy” dinyatakan :
Dahulu matahari ilmu dan kewalian, Habib Abdullah Al-Aydrus apabila hendak mengikat janji murid yang hendak mengikuti thariqatnya, beliau menyuruh murid itu supaya terlebih dahulu bertaubat dan beristighfar (mohon ampun) kemudian murid itu disuruh mengatakan : Aku bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah saja satu tiada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Aku beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab suci, para Rasul utusan Allah, hari akhirat dan taqdir yang baik dan yang buruk dari Allah. Aku beriman dengan adzab kubur dan kenikmatan di dalamnya, pertanyaan kedua malaikat (Munkar dan Nakir), hari kebangkitan, timbangan, shirat, surga dan neraka. Aku telah ridha (mengakui) Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Nabi dan Rusul utusan Allah. Aku telah ridha (senang dan puas) engkau sebagai guru dan perantara penunjuk jalan kepada Allah SWT.
Kemudian beliau berkata :
“Dalam soal furu’ (cabang agama yang berhubung dengan fiqh) kita menganut Madzhab Imam Syafi’i dan dalam bidang ushul (ilmu yang berhubungan dengan Tauhid dan ketuhanan/aqidah) kita menganut Madzhab Imam Abul Hasan Al-Asy’ari, sedang thariqat kita adalah tharigat ahli-ahli Tasawuf. Demikian pula dinyatakan oleh Al-Quthb Al-Aydrus dalam kitabnya “Al-Juz Al-Latif”
Dalam sepucuk surat yang ditulis oleh Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad kepada saudaranyaAl-Habib Hamid yang tinggal di India, beliau menulis :
“Sesungguhnya telah sampai berita kepada kami betapa hebat fitnah yang menyesatkan yang telah terjadi di sana (India), malapetaka dan bencana yang menimpa negeri itu secara terus menerus, serta perselisihan dan perpecahan yang terjadi di antara penduduknya di mana tidak pernah ada kerukunan. Adapun yang lebih buruk dan lebih keji dari semua itu adalah apa yang telah sampai kepada kami yaitu yang timbulnya kebencian terhadap kedua sesepuh Islam (Asy-Syaikhain) Abu Bakar Ashshiddiq dan Umar AlFaruq Radhia Allahu A’nhuma sebagai dianut oleh golongan“Rafidhah” yang tercela, baik ditinjau dari segi syari’ah, maupun menurut akal sehat. ‘Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi raji’un. Hal ini merupakan musibah yang besar dan malapetaka yang sulit dihilangkan”
Dalam sepucuk surat lain kepada salah seorang muridnya, Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad menulis :
“Apa yang anda sebutkan sehubungan dengan kitab “Al-Fusshul Al-Muhimmad” tentang manaqib (biografi) kedua belas Imam, adalah kitab yang baik dan tidak mengapalah bagi seorang untuk membacanya. Kami telah mendapatkan dan membaca kitab itu. Penulisnya adalah dari golongan Ahlusunnah Wal Jama’ah. Menulis secara khusus tentang manaqib mereka tidaklah menunjukkan maksud tertentu. Imam Ibnu Hajar juga telah menulis tentang manaqib mereka dalam kitabnya“Asshaqa’iq Al-Muhriqah” dan memuji mereka. Menyebutkan Madzhab atau faham lain tidaklah berarti keharusan mengikuti Madzhah atau faham itu. Adalah merupakan kebiasaan para pengarang dan para ulama untuk menyebutkan dan menukil Madzhab-madzhab lain dan mengutip ucapan-ucapan mereka, baik yang sejalan maupun yang bertentangan dengan mereka, sedang tokoh-tokoh yang disebutkan riwayat hidupnya dalam kitab itu tergolong pembesar-pembesar salaf yang saleh dan Imam-Imam dalam agama. Adapun yang terlarang dan tidak dapat dibenarkan adalah (berkeyakinan) membatasi hak menjabat kedudukan Imamah hanya pada mereka saja, seperti dinyatakan oleh golongan yang bertentangan dengan kita. Semoga Allah memberi taufiq pada kita semua dan menjadikan kita di antara orang-orang yang diberi petunjuk kepada kebenaran dalam soal-soal yang diperselisihkan orang”
Bersambung……. ke Aqidah jilid 3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar